Mohon tunggu...
Rienta Primaputri
Rienta Primaputri Mohon Tunggu... Konsultan - Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Seorang pengamat muda yang menggemari isu internasional dan gerakan sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ancaman Perekrutan Anggota Baru ISIS Pasca Kemenangan Trump

15 November 2016   14:20 Diperbarui: 15 November 2016   15:01 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momentum kemenangan Trump sebagai presiden terpilih Amerika Serikat mengalahkan Hillary Clinton tidak hanya mengakhiri dominasi Partai Demokrat selama delapan tahun di Gedung Putih tapi juga menghidupkan kembali semangat kelompok militan seperti Taliban dan ISIS untuk melakukan perekrutan pejuang-pejuang baru.

Mengapa demikian??

Karena saat berkampanye, Trump sempat memanfaatkan ketegangan rasial dengan memberikan retorika anti muslim. Salah satunya dengan mengusulkan pelarangan masuk bagi kaum muslim yang berasal dari negara konflik ke Amerika Serikat. Trump menjanjikan rakyat Amerika untuk terbebas dari teror radikal Islam di negaranya. Meskipun belum ada penjelasan pasti bagaimana ia akan melakukan itu.

Berdasarkan faktor ini, Salah satu komandan ISIS di Afghanistan Omar Khorasani menyebutkan Donald Trump bisa dijadikan alat propaganda teror yang dapat memudahkan pekerjaan mereka dalam merekrut ribuan orang baru dengan menebar serangan teror yang baru. Omar merasa kebencian Trump terhadap muslim akan jadi senjata ampuh untuk Kelompok Ekstrimis melahirkan bentuk radikalisme baru.

Jika Trump saat masa kampanye pemilu kepresidenan dapat membedakan antara Islam moderat dan ekstremis, tidak menjadikannya sebagai satu kesatuan pandangan. Mungkin pemikiran radikalisme baru oleh para pejuang mereka bisa dicegah. Mereka para ekstrimis ternyata mengamati jalanya pemilu kepresidenan AS. Kemenangan Trump dalam Pilpres tahun ini bagaikan menggali kuburan mereka sendiri.

Mesin penggerak teror

Penasihat pemerintah Irak untuk terorisme Sunni, Hisham al-Hasemi mengatakan Al Qaida sering mengutip ucapan Trump selama masa kampanye, kutipan ini menjadi salah satu strategi mereka dalam menggerakan mesin propaganda kelompok teror dan membakar amarah simpatisannya.

Hal ini dibuktikan dari catatan seorang komandan Taliban di Afghanistan yang mengatakan pihaknya mencatat senya pernyataan anti muslim yang pernah diutarakan Trump. Apabila Trump menepati janji kampanyenya terkait Islam, maka hal ini akan menjadi momentum yang dapat memprovokasi kaum muslim di seluruh dunia dan organisasi jihad. Karena ini besesuaian dengan kunci utama Islamic State dan al-Qaida yang meyakinkan kaum muslim bahwa barat membenci mereka dan tidak akan pernah mereka masuk dalam masyarakatnya.

Semoga ini tidak akan menjadi penyebab terjadinya perang dunia ketiga. Jangan biarkan kita larut dalam kebencian karena itu tidak akan membuat hati damai. 

Source

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun