Kini ia pandangi lagi rumah itu, rumah Ibu yang sesungguhnya tak mampu lagi ia biayai dan ia pelihara. Â Atap yang mulai runtuh, cat yang kusam, kayu-kayu yang rapuh dan perabot yang lusuh semua membangun sinergi betapa buruknya kondisi rumah ibu saat ini.
Namun rasa bangga memiliki rumah itu juga tak pernah sirna, beribu kenangan bersama almarhum ayah seakan berpendar dari rumah itu. Â Tak ada duka di rumah itu sebelumnya hanya suka dan hikmah dari berbagai peristiwa yang mereka alami.
Cepat atau lambat rumah itu memang akan dijual karena memang rumah itu bukan rumahnya. Â Rumah itu rumah Ibu. Â Jadi, perih rasanya bila harus melihat Ibu kehilangan rumahnya sebelum waktunya. Â Mencabut Ibu dari akarnya dari lingkungannya.
Apa pun keinginan Ibu, semoga air mata Ibu tak pernah sia-sia...