Fenomena metaverse beberapa tahun kemarin cukup mendobrak sebuah inovasi baru tentang dunia teknologi. Perkembangan dalam digitalisasi cukup masif setelah kehadiran metaverse. Metaverse dalam konsep dunia maya merupakan suatu teknologi Augmented Reality (AR) yang mampu membuat individu dengan mudah berinteraksi dengan individu lainnya melalui dunia virtual.Â
Awalnya metaverse hanya sebuah imajinasi dari sebuah novel Snow Crash karya Neal Stephenson yang menceritakan sebuah dunia 3D virtual yang ditempati oleh avatar manusia sungguhan.Â
Metaverse mulai muncul ke dunia nyata setelah CEO Facebook, Mark Zuckerberg me-rebranding perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc. mungkin secara universal istilah metaverse sulit dijabarkan, akan tetapi metaverse dapat dianggap sebagai sebuah lingkungan virtual yaitu internet yang berbentuk dalam format 3D.
Metaverse dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti menonton konser secara virtual, melakukan transaksi online, melihat karya seni, bahkan dapat mencoba pakaian secara digital. Dengan begitu masyarakat tidak perlu keluar ataupun bertemu langsung untuk melangsungkan berbagai kegiatan.Â
Relasi antar manusia menggunakan sebuah avatar yaitu sebuah proyeksi dari imajinasi individu dan juga pengguna dapat membangun sebuah dunia kecil sesuai dengan keinginan. Fenomena diatas cukup relevan sebagai contoh dari teori masyarakat jaringan sebab berbagai aktivitas masyarakat diatur secara langsung oleh teknologi informasi yang diproses melalui dunia virtual metaverse.
Saya mengenal teori masyarakat jaringan milik Manuel Castell dari jurnal yang berjudul "Memahami ACFTA dari Perspektif 'Masyarakat Jaringan" karya Muhtar Habibi. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa kemunculan dan perkembangan teknologi informasi menyebabkan transformasi masyarakat kontemporer berlangsung secara terus menerus.Â
Perubahan dalam segi sosial, politik, ekonomi, dan budaya terjadi akibat dari perkembangan teknologi yang dinamis. Castell menyebutkan adanya ciri ekonomi kontemporer yaitu informatif, global, dan bersifat jaringan. Kemajuan teknologi informasi juga mengubah sifat negara menjadi negara jaringan. Negara cenderung untuk membagi kedaulatan untuk memperoleh pengaruh seperti kemunculan EURO, NATO, dan lain-lain.
Dalam masyarakat jaringan terdapat beberapa karakteristik. Pertama, Jaringan perusahaan. Dalam pandangan Castell pekerjaan informasi telah mengubah pola dan praktek kerja. Perubahan realitas masyarakat jaringan memaksa masyarakat untuk terbiasa fleksibel dalam setiap hal yang dilakukan jika ingin tetap bertahan di tengah dinamika informasi kapitalisme.Â
Kedua, Konsekuensi budaya. Dinamika yang timbul akibat masyarakat jaringan memungkinkan banyaknya konsekuensi budaya yang menyimpang di berbagai media. Ada juga dampak positif seperti memudahkan komunikasi. Akan tetapi Castell lebih dominan ke arah negatif dari perubahan teknologi. Ketiga, ruang arus.Â
Aliran informasi menjadi pusat masyarakat jaringan. Inovasi lingkungan menentukan bagaimana masyarakat jaringan dapat bertahan lalu semua kan diintegrasikan ke masyarakat jaringan. Keempat, timeless time. Perkembangan teknologi informasi dapat memusnahkan atau merangkai waktu.Â
Kelima, kekuatan identitas. Tindakan kolektif efektif dianggap mampu mengubah nilai dan berdampak pada kemunduran identitas. Keenam, bentuk baru stratifikasi.
Gerakan sosial baru yang terlibat mampu mengubah situasi dan sistem kelas lama. Ketujuh, demise of the working class, kerja informasi yang menghasilkan perubahan biasanya tidak memikirkan rencana operasional yang diperlukan informasi kapitalisme. Kedelapan, meritokrasi. Kapitalisme saat ini bukan lagi dipimpin oleh kepemilikan modal ekonomi melainkan oleh kepemilikan modal informasi.
Kesembilan, the persistence of a propertied class.Â
Kemampuan manajerial menjadi aspek vital dalam informasi kapitalisme. Kesepuluh, asal-usul kapitalisme informasi. Pembangunan pada saat ini diartikan sebagai tindakan pengetahuan pada pengetahuan sebagai sumber produktivitas. Kesebelas, era perubahan. Kapitalisme informasi menandai perubahan dari era saat ini.
Berdasarkan teori di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa masyarakat jaringan merupakan masyarakat yang terbentuk dari konsekuensi berkembangnya teknologi informasi. Penggunaan dunia virtual metaverse saat ini menciptakan ruang-ruang baru dalam masyarakat. perkembangan teknologi berakibat pada masyarakat yang cenderung beraktivitas dalam ruang terbuka tanpa memandang batasan nilai.Â
Kebutuhan akan teknologi dalam masyarakat mengubah berbagai struktur sosial, ekonomi, maupun budaya. Ketergantungan masyarakat jaringan terhadap teknologi menjadi semakin masif. Masyarakat jaringan akan selalu memiliki relasi dengan keberadaan teknologi secara tidak sadar.
Manuel Castell merupakan seorang sosiolog asal Spanyol yang menjadi pionir teori masyarakat jaringan. Castell lahir di Barcelona pada 9 Februari 1942. Castell merupakan profesor departemen perencanaan wilayah dan kota. di Open University of Catalonia.Â
Trilogi karyanya yang berjudul "The Information Age" berisi 3 volume yaitu volume 1 "The Rise of Enterprise" (1996), volume 2 "The Power of Identity" (1997), dan volume 3 "End of Millenium" (1998). Castell memperoleh gelar Ph.D bidang sosiologi di Paris University pada tahun 1967 dan memulai karir sebagai dosen metodologi penelitian sosial di kampus dan tahun yang sama.Â
Castells telah menerbitkan lebih dari 20 judul buku dan lebih dari 100 artikel jurnal akademik.
Selain itu, Castell pernah menjabat sebagai penasehat UNESCO, International Labour Office, United Nations Development Program, dan pemerintahan berbagai negara besar. Penelitiannya saat ini berfokus pada implikasi sosial dan ekonomi dari internet.
Referensi
Habibi, M. (2011). Memahami ACFTA dari Perspektif "Masyarakat Jaringan." Jurnal Kajian Wilayah, 2(1), 99--149.
Sociology, B. (n.d.). Manuel Castell. California University. https://sociology.berkeley.edu/professor-emeritus/manuel-castells
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI