Anda mengenal buah biwa?  Mungkin tak banyak orang yang familiar kalau ditanya buah biwa, tidak seperti apel, anggur, kiwi dan buah impor lainnya. Anda  akan sangat jarang sekali menemukan buah ini di toko buah yang ternama sekalipun.  Jangan kaget, buah biwa merupakan salah satu buah langka yang tidak banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah biwa (loquat) atau nama latinnya Eriobotrya Japonica adalah tanaman buah dari keluarga Rosaceae, yang berasal dari dataran tinggi China. Menurut sejarah, tanaman ini  telah diperkenalkan ke Jepang lebih dari 1000 tahun yang lalu. Tanaman Biwa ini sangat cocok tumbuh di daerah dataran tinggi salah satunya di Tanah Karo. Hingga kini Jepang merupakan negara produsen terbesar dari buah biwa ini
 Buah Biwa yang masih muda 
Pada Saat ini Sumatera Utara memiliki kebun tanaman Biwa (Loquat) yang terluas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara,  kesemuanya berada di Taman Simalem Resort, Tanah Karo. Pada saat mengikuti Agrowisata ke Kebun tanaman Biwa di Taman Simalem Resort, kami diajak untuk melihat dan mengelilingi kebun yang seluas 5 Ha ditanami dengan biwa dengan 1.722 populasi pohon.   Tanaman Biwa ini sebenarnya sudah tidak asing bagi masyarakat di Kabupaten Karo karena banyak penduduk menanam tanaman biwa di halaman rumah, tidak ada data yang pasti kapan sebenarnya tanaman biwa ini mulai ditanam di Tanah Karo.Â

Menurut staf pengelola kebun biwa di Taman Simalem Resort, tanaman Biwa sudah bisa berbuah pada saat berumur 4 tahun, pada saat berumur 8 tahun pohon Biwa akan berbuah sangat lebat sehingga bisa mencapai panen raya.  Tanaman biwa ini dapat hidup mencapai lebih dari 20 tahun.  Di Taman Simalem Resort tanaman biwa dibudidayakan dengan sistem organik, menggunakan pupuk organik dan perlakukan lainnya terhadap tanaman  yang sangat bersahabat dengan alam. Karena biwa merupakan tanaman langka di dunia termasuk di Indonesia dan kondisi alam di Simalem sesuai untuk tanaman ini maka pihak manajemen Taman Simalem Resort berupaya terus mengembangkan tanaman buah yang cukup dikenal memiliki banyak khasiat dan bernilai tinggi itu.
Buah biwa berwarna kekuning-kuningan pada saat muda dan rasa buah biwa ini masam,  kalau sudah masak buah biwa akan berwarna orange mencolok dan rasanya manis. Sayangnya pada saat saya berkunjung ke kebun biwa di Taman Simalem buah yang ada dipohon hanya sedikit, umumnya belum masak. Buah biwa harus dibungkus dengan plastik putih agar terhindar dari serangan lalat buah yang akan merusak permukaan kulit buah  tersebut.
Daging buah biwa banyak mengandung asam sitrat, karoten, vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, vitamin B dan C. Buah biwa rendah kalori dan tinggi serat yang dapat melindungi membran di usus dari serangan penyakit kanker. Buah ini juga mengandung potasium yang baik untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan detak jantung, zat tembaga dan besi yang dapat membantu pembentukan sel darah merah.
Khasiat lainnya, buah ini juga  merupakan bahan baku utama dalam obat batuk tradisonal China Pipa Gao, yang sering digunakan untuk meredakan batuk dan membantu sistem pernafasan serta pencernaan.

Selain markisa, jeruk  yang sudah sangat populer sebagai oleh-oleh khas dari Berastagi maka diharapkan buah biwa dapat menjadi new comer sebagai oleh-oleh khas dari Berastagi, Tanah Karo. Namun karena langkanya ketersediaan buah ini dipasaran  membuat harganyapun melabung.  Jika sedang musim, kita dapat menemukan buah biwa dijual di pasar buah dengan harga yang cukup mahal. Di pasar buah Berastagi sekilo buah biwa dibanderol dengan harga Rp. 80.000,- , cukup mahal bukan?
Buah biwa sebagai salah satu tanaman unggulan dari tanah Karo, harus digalakkan lagi pengembangannya sehingga kedepannya buah biwa bisa menjadi oleh-oleh khas  dari Tanah Karo Simalem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H