Jaringan atau organ yang terinfeksi antraks tergantung pada jalur masuknya bakteri Bacillus anthrachis ke tubuh manusia. Jalur masuknya bakteri antraks ke tubuh manusia melalui beberapa jalur yaitu jalur kulit, pencernaan, dan pernapasan.Â
Gejala yang ditimbulkan berbeda – beda sesuai dengan jalur masuknya bakteri antraks ke tubuh manusia. Pada jalur kulit, bakteri antraks akan masuk atau menginfeksi melalui kulit yang lecet, luka, abrasi, dan adanya bekas gigitan serangga dengan masa inkubasi 2 sampai 7 hari.Â
Gejala yang ditimbulkan meliputi demam tinggi, sakit kepala, adanya ulkus yang ditandai jaringan nekrotik berwarna hitam ditengah dan dikelilingi vesikel dan edema, mortalitasnya 10 – 20% jika tidak segera diobati.Â
Pada jalur pencernaan, bakteri antraks dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi bakteri antraks dengan masa inkubasi 2 sampai 5 hari. Gejala yang ditimbulkan meliputi demam tinggi, sakit perut, diare, adanya darah pada feses, asites, dan toksemia, mortalitasnya 25 – 75%. Pada jalur pernapasan, manusia dapat terinfeksi bakteri antraks karena menghirup spora bakteri antraks dengan masa inkubasi 2 sampai 6 hari. Gejala yang ditimbulkan yaitu langsung demam tinggi dan nyeri pada bagian dada, mortalitasnya lebih dari 86% dalam waktu 24 jam (RI, 2017).
Strategi dan upaya penanganan serta pencegahan penyakit antraks yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Ketahanan Pangan yaitu dengan melakukan penyelidikan dan skrining secara terpadu kepada masyarakat setempat khususnya yang memiliki hewan ternak (mediaindonesia.com: Ekonomi, 2022), melakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat di daerah endemis tentang bahaya penyakit, epidemiologi, dan cara pencegahan dan penanggulangannya.Â
Tidak hanya pemerintah tetapi seluruh kalangan masyarakat juga harus ikut andil misalnya dengan memberi bantuan berupa obat - obatan kepada masyarakat yang membutuhkan, melaporkan ke fasilitas kesehatan setempat terkait penemuan kasus antraks di lingkungan sekitar, menggunakan alat atau pelindung diri saat bekerja yang kontak langsung dengan hewan ternak rentan antraks, dan seluruh pihak harus bekerja sama untuk membuat dan menjalankan program vaksinasi antraks pada hewan ternak di daerah endemis antraks dan daerah yang rentan terjangkit antraks agar cepat dalam penanangannya (RI, 2017).
Daftar Pustaka
Damayanti, R., Saraswati, L., & Wuryanto, M. (2012). Gambaran Faktor-Faktor yang Terkait
Dengan Antraks Pada Manusia di Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Kabupaten
Boyolali Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1, No. 2, 454-465.
mediaindonesia.com: Ekonomi. (2022, Juni 19). Retrieved from Media Indonesia:
http://mediaindonesia.com/ekonomi/468404/kementan-turunkan-tim-bantu-penanganan-
kasus-antraks-di-gunung-kidul
Ramadhan, F. M. (2022, Juni 19). Grafis. Retrieved from Tempo.Co:
https://grafis.tempo.co/read/1961/sebab-dan-pencegahan-kasus-antraks-merebak-
kembali-di-gunungkidul
RI, K. K. (2017). Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Antraks. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Tanzil, K. (2013). Aspek Bakteriologi Penyakit Antraks. Jurnal Ilmiah WIDYA Kesehatan dan
Lingkungan Vol. 1 No. 1, 1-5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H