Mohon tunggu...
Prima D
Prima D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unair

Kadang suka nulis walau lebih suka baca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pasar Turi Riwayatmu Kini

19 Juni 2024   23:37 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:49 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pasar turi,pasar sejuta umat dan seribu kenangan bagi masyarakat surabay kini tampak tak terawat, dengan sampah yang berserakan dan kondisi pasar yang kotor menjadikan kesan pasar turi sebagai pasar yang kumuh. Hal ini sangat disayangkan, sebagai pasar induk besar di Kota Surabaya yang bersejarah panjang maka butuh banyak perhatian dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan ketertiban pasar ini. Di Era Kejayaan Pasar Turi, tempat ini dianggap sebagai salah satu maskot kota Surabaya dan bahkan diangga sebagai tempat grosir terbesar degan Omzet hingga 10 Miliar tiap harinya. Namun sayang seribu sayang, masa keemasan pasar legendaris ini lambat laun mulai meredup. Kemajuan zaman, perkembangan pasar modern, dan kurangnya perhatian terhadap pasar turi menjadi belenggu yang perlahan-lahan menenggelamkan kejayaannya. Padahal jika menengok ke belakang, sejarah pasar turi terbilang sangat panjang dan menjadi sebuah legenda masyarakat sekitar.

Konon sejarah pasar turi sendiri bermula dari pelarian menantu Sri Kartanegara yakni Raden Wijaya yang dikejar-kejar oleh pasukan Sri Jayakatwang yang baru saja memberontak, mengungsi dan dibantu oleh para warga lokal maka Raden Wijaya hendak disebrangkan ke Madura untuk meminta pertolongan dan bersembunyi. Menantu Sri Kartanegara ini kemudian diungsikan di pangkalan Pejingan di sekitar Krembangan untuk kemudian menyebrang ke Madura,sejak saat itulah tempat Raden Wijaya menyebrang disebut Datar atau pelarianan. Lambat laun sendiri wilayah kaburnya Raden Wijaya ini kemudian berubah nama lagi menjadi Padatari, yang dengan perkembangan zaman menjadi tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai wilayah untuk melakukan transaksi perdagangan. Hal ini mengakibatkan wilayah tersebut menjadi wilayah pasar yang ramai dikunjungi oleh berbagi macam golongan.[1]

 

Pada saat Belanda datang sendiri, wilayah ini kemudian dikenal sebagai Pasar Turi (yang diambil dari banyaknya tanaman Turi di sekitar pasar) masih ramai dengan hiruk pikuk perdagangan. Melihat potensi perdagangan yang besar di sekitar kawasan ini,maka pemerintah Belanda kemudian membangun kantor perdagangan di sekitar kawasan Pasar Turi hingga wilayah sekitar jembatan merah. Pada masa kedatangan dan kekuasaan Dai Nippon di wilayah Hindia Belanda Tahun 1942-1945 sendiri pasar turi berubah menjadi pusat pasar loak berbagai barang-barang bekas, karena ekonomi perang masa Dai Nippon yang porak-pornda menjadikan banyak masyarakat yang datang ke Pasar Turi untuk menjual barang-barang miliknya demi menyambung hidup.[2]

 

Pasar turi sendiri terus dikenal sebagai pusat pasar loak bahkan hingga masa-masa kemerdekaan Republik, namun reputasi pasar turi sebagai pasar loak tidak berlangsung lama karena pada tahun 1950 sediri pasar turi mengalami kebakaran hebat yang menghanguskan seisi pasar. Hal ini kemudian mengakibatkan pasat turi berubah, paska kebakaran ini para pedagang di pasar turi berubah isi dagangannya menjadi bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, mereka mulai berdagang barang-barang seperti sabun,kompor,sapu,dll. Hal ini mendapatkan dukungan dari presiden Soekarno yang pada tahun 1960 an mulai mengupayakan gerakan anti Impor yang kemudian memeriahkan produksi barang dalam negeri,berbagai merek-merek lokal mulai meramaikan pasar turi.[3]

 

Tahun-tahun kejayaan pasar turi sendiri mulai berasa pada tahun 1970 an yang dimana pasar turi oleh Walikota Surabaya R. Soekoco pada waktu itu mengampanyekan pembangunan dan revitalisasi pasar turi yang selesai pada 1971. Dalam laporan keuangan pemerintah Kota Surabaya, pasar turi menberikan kontribusi pendapatan daerah sebanyak 5 juta rupiah pada periode Agustus-Desember 1971, pendapatan ini terus meningkat hingga pada periode 1978/79 sendiri pasar turi mencatat kontribusi pendapatan daerah sebanyak 291 juta rupiah. Pada masa-masa kejayaan ini, pasar turi menjelmah menjadi sebuah simbol kota yang mempengaruhi berbagai sektor, seperti dalam sektor fashion,kuliner,dan perekonomian masyarakat Kota Surabaya. Pasar turi dimasa ini menjadi pusat perekonomian masyarakat  yang dimana perputaran uang sangat besar.[4]

 

Namun kejayaan yang dirasakan oleh pasar turi tida bertahan lama,pada tahun 1978 Mei terjadi kebakarn besar yang membumihanguskan sebagian wilayah pasar. Hal ini tentu saja menjadi pukulan telak bagi pasar turi yang berkembang dimasa itu, kebakara ini juga diperparah dengan banyaknya perluasan-perluasan pasar modern dan tradisional di surabaya. pasar turi harus bersaing dengan dengan pusat-pusat perbelanjaan baru seperti pasar atom yang mulai dibangun pada tahun 1976 ataupun dengan perluasan pasar Genteng pada akhir tahun 1970, hal ini tentu saja mengurangi arus konsumen yang datang ke pasar turi dan menjadi pukulan telak bagi pasar turi.

 

Kejayaan pasar turi semakin meredup dengan masuknya dekade 90 an, pamor pasr turi sebagai pusat ekonomi kota Surabaya tergurus oleh banyaknya pasa-pasar modern yang baru berdiri. Pasar yang dulunya menjadi pusat ekonomi kota kini hanya sebatas pasar "legenda" dimata kalangan masyarakat. Berdirinya pusat-pusat grosir seperti Pusat Grosir Surabaya menjadi pukulan telak bagi pasar turi. Namun pukulan paling mematikan bagi pasar turi terjadi pada tahun 2007, kebakaran hebat kembali melanda pasar turi yang membungihanguskan setidanya separuh pasar. Hal ini menjadi semacam Death Sentence bagi pasar turi yang sudah terengah-engah oleh pukulan zaman, ribua pedagang dan pekerja di pasar turi kehilangan pendapatan mereka dalam semalam. Banyak dari mereka yang menjadi pesakitan atau bahkan meninggal dunia dikarenakan musibah ini.

 

Pasar turi yang dulunya tersohor sebagai pusat perdagangan di indonesia bagian timur kini merana, banyak pedagang yang berjualan secara tidak rapih di sepanjang rel kereta. Tempat pasar sementara yang disediakan oleh pemkot juga masih banyak yang tidak tertata, para pedagang seakan dibiarkan tida tertata oleh pemerintah kota. Semenjak peristiwa kebakaran tahun 2007 silam,pasar turi seakan-akan menjadi sebuah "pasar turu" yang mati suri, pemerintah kota yang seakan akan acuh tak acuh menambah beban kebangkitan pasar turi. Tentu saja masalah ini harus menjadi sebuah perhatian pemerintah, sangat disayangkan jika sebuah pasar historis di indonesia harus gulung tikar dikarenkan kurangnya perhatian pemerintah.

Sumber: 

Anggraini, Lusiani Putri, ‘DAMPAK REVITALISASI PASAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DI PASAR TURI BARU KOTA SURABAYA’, 2023

Faidah, Chusnul, ‘Perkembangan Pasar Turi Baru Surabaya Tahun 1971-1978’, Avatara, 1.2 (2013)

‘Menelusuri Sejarah Kejayaan Pasar Turi Surabaya - Surabaya Liputan6.Com’ [accessed 19 June 2024]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun