Mohon tunggu...
Prima Nur
Prima Nur Mohon Tunggu... Menulis, menulis, dan menulis... -

Cuma ingin berbgai, terutama isu-isu kesehatan dan lingkungan :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sick Building Syndrome Karena Pemakaian Cat Beracun

8 April 2015   15:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:22 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sick Building Syndrom dapat mengancam siapa saja. Sindrom ini akan menyebabkan kenyamanan kita dalam ruangan menurun hingga mengancam kesehatan. Salah satu cara terhindar dari sindrom ini adalah dengan memilih cat yang aman digunakan.

Rumah idealnya menjadi tempat yang nyaman bagi penghuninya, namun hal tersebut tidak akan terjadi bila rumah kita menyebabkan “Sick Building Syndrome”. Segala aktivitas yang melelahkan dan memusingkan yang seharusnya bisa dilupakan sejenak di rumah malah akan bertambah parah karena rumah yang seperti itu. Oleh karena itu, perlu dilakukan kiat-kiat khusus termasuk menghindari cat yang berbahaya.

Apa itu “Sick Building Syndrome”?

Sick Building Syndrome atau bila diterjemahkan secara literal bermakna sindrom bangunan yang sakit adalah istilah untuk mendeskripsikan kondisi dimana sebuah bangunan menyebabkan penghuninya mengalami gejala tidak sehat. Gejala-gejala sindrom ini antara lain berupa iritasi mata, iritasi hidung dan tenggorokan, iritasi kulit, asma dan gejala mirip asma, serta adanya sensasi bau tertentu yang tercium

Gejala-gejala tersebut semakin positif dianggap sebagai gejala sindrom ini apabila dialami oleh sebagian besar atau malah seluruh penghuni bangunan. Rentang waktu gejala yang terus-menerus juga menjadi salah satu tanda bahwa gejala-gejala tersebut memang dikategorikan sebagai gejala Sick Building Syndrome.

Meskipun di Indonesia istilah sindrom ini tidak begitu dikenal, akan tetapi tidak berarti semua orang Indonesia aman dari serangan tidak mengenakkan ini. Menurut WHO, sekitar 30% bangunan di dunia, termasuk rumah, dapat dikategorikan sebagai penyebab Sick Building Syndrome.

Efek yang diakibatkan sindrom ini beranekaragam. Selain gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, sindrom ini jelas dapat mempengaruhi performa individu penghuni bangunan tersebut. Bangunan kantor yang menyebabkan gejala sindrom ini akan membuat prokdutivitas pegawai turun. Di sekolah, sindrom ini dapat membuat performa siswa dalam meraih prestasi akademik tidak maksimal. Kenyamanan yang diharapkan di rumah pun akan sirna bila bangunannya mengancam kesehatan penghuninya.

Cat sebagai Penyebab Sick Building Syndrome

Beberapa faktor yang diduga menyebabkan sindrom ini antara lain kualitas ventilasi dan adanya zat-zat kimia maupun biologi yang terdapat dalam udara ruangan. Virus, bakteri, dan jamur adalah organisme penyebab adanya kontaminasi zat-zat biologi, sedangkan kontaminasi zat kimia dapat disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan seperti cat.

Cat penyebab Sick Building Syndrome adalah cat yang memiliki kandungan zat toksik dan kadar VOC (Volatile Organic Compounds) yang tinggi. Zat toksik biasanya berupa logam-logam berat seperti merkuri dan timbal, sedangkan VOC atau senyawa organik mudah menguar contohnya adalah benzene dan toluene. Zat-zat tersebut akan menguar dari cat dan membuat udara ruangan terpolusi. Kondisi ini akan semakin memburuk bila sistem ventilasi bangunan tersebut kurang bagus.

Memilih Cat yang Aman, Solusi Efektif Hindari Sick Building Syndrome

Cat dengan kandungan logam berat serta VOC yang tinggi biasanya termasuk cat berbasis minyak yang dulu banyak digunakan. Agar terhindar dari sindrom ini, sebaiknya pilihan cat berbasis minyak dialihkan pada cat lain, yakni cat berbasis air (water-based paint). Cat berbasis air secara umum mengandung kadar logam berat dan VOC yang lebih rendah dan masih dalam batas aman untuk digunakan.

sumber: bioindustries

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun