Mohon tunggu...
Prilly Jeanaldi
Prilly Jeanaldi Mohon Tunggu... Sound Engineer -

Seorang yang menyukai kegiatan mendengar, dari khusyuk mendengarkan alunan musik sampai cermat mendengarkan alunan suara pemimpin.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Lagu 'Genjer-genjer' Itu Hanya Terkena Sial!

2 Oktober 2015   12:04 Diperbarui: 2 Oktober 2015   23:18 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya seni akan tetap menjadi fungsinya sendiri, yang membuat karya itu berubah fungsi adalah penginterpretasian dari setiap individunya. Meskipun saya bisa mengerti bahwa stigma yang masih muncul dari lagu ini hingga detik sekarang adalah karena ketakutan paham komunis itu kembali hidup serta berkembang dan menimbulkan pengadopsian yang salah tentang paham ideologi. Bahkan, atau bisa juga beberapa orang masih menyisakan trauma yang mendalam akibat peristiwa kelabu nan kelam tersebut.

Tapi, saya hanya ingin lagu ini bisa terbebas dari belenggu bayang bayang masa lalu dan menjadi arsip penting yang bisa diapresiasi sesuai fungsinya, yaitu sebagai fungsi seni yang sebenarnya. Ya, Sama seperti majalah Rolling Stone Indonesia yang mengapresiasikan dan menempatkan lagu Genjer genjer ini sebagai salah satu lagu terbaik sepanjang masa, karena lagu ini adalah arsip nasional penting yang terkena dampak serentetan momen sejarah kelabu di Indonesia.

Intermezonya, kalau di Amerika Billie Holiday punya lagu ‘Strange fruit’ yang mengutuk rasialisme dalam praktik pembantaian lynching (memukuli orang hingga mati dan pembakaran terhadap orang orang afrika amerika), dan Indonesia pun punya lagu ‘Genjer genjer’ yang mengutuk peristiwa G30s/PKI. :)

Terlepas dari sejarah PKI atau rezim Orde Baru saya tidak mau ambil porsinya terlalu ribet dan difokuskan di dalam tulisan ini, yang pasti lagu 'Genjer-genjer' ini hebat!

Haruskah sebuah karya seni hilang tergerus dan dibungkam karena politik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun