Lagu ini menarik buatku. Pertama kali dengar lagu ini, waktu perjalanan ke Garut di bulan Juni. Aku pikir ini lagu nya Maliq & D'essensial. Tapi kemudian suara Nino dan Rayi, menyadarkanku ini lagunya Ran.
Diawal liriknya aja sudah bikin aku geli.
Analogi bahwa "aku" dan "kamu" bagai matahari dan bulan purnama yang tak lagi bersama.
Itu anlogi yang sangaaaaat berat!
Matahari dan bulan purnama dalam setiap harinya, semenjak mereka dinamakan matahari dan bulan purnama memang gak pernah bersama.Â
So, kalau maksud lagu ini tokoh aku dan kamu itu pernah bersama, maka analogi itu tidak tepat.Â
Tadi ada statement kalau analogi tersebut sangaaaaaat berat. Kenapa?
Well, it can be right, because basically matahari dan bulan purnama berasal dari satu titik, yang kemudian setelah ledakan big bang mereka berpisah, dan dengan sedemikian rupa setelah sekian lama mereka akhirnya jadi "matahari" dan "bulan purnama" yang tak lagi bersama.Â
Tapi tetap saja perspektif ini terlalu jauh karena kalau hal ini diterima, maka aku dan kamu bisa saja dianalogikan seperti selimut dan keroket....... Why not?
Lalu setelah dengar lagu ini beberapa kali di beberapa kesempatan, aku merasa lagu ini cocok untuk diabadikan.Karena menurutku lagu ini sangat merefleksikan kondisi sosial in present time.Â
Dan itulah tugas para pekerja seni. Mereka itu sebenarnya para penulis sejarah yang tulus.Â
Artist atau seniman itu tak bisa dikritik. Karena tugasnya adalah berekspresi.Â
Mereka adalah produk waktu yang emosinya dipahat oleh kondisi lingkungan, sosial, politik dan ekonomi.Â
Lalu karya mereka adalah sintesis dari itu semua. Mereka mengekspresikan idea nya dengan tanpa kepentingan apapun.