Mohon tunggu...
PRIHATININGSIH PRIHATININGSIH
PRIHATININGSIH PRIHATININGSIH Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah

Membaca buku fiksi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menilik Sisi Lain Disleksia

5 Desember 2023   13:46 Diperbarui: 8 Januari 2024   07:50 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik Sisi Lain Disleksia

 

Sudah 14 tahun saya menjadi guru sekolah dasar (SD). Beraneka ragam kepribadian anak sudah saya temui. Pernah saya menjumpai siswa kelas 4 SD yang masih belum lancar membaca. Ada juga kelas 3 yang bahkan belum menghafal abjad dengan benar. Terakhir yang saya jumpai di SD Negeri 3 Tanggung, sekolah terkini tempat saya bekerja,seorang siswa kelas 5 baru saja membaca lancar. Menjumpai anak-anak seperti yang saya ceritakan, masyarakat lalu melabel anak tersebut “bodoh”. Padahal sebenarnya kesulitan belajar membaca dengan lancar merupakan salah satu tanda gangguan disleksia.

Disleksia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata.

Pada anak usia dini, tanda-tanda gejala awal yang dapat didiagnosa adalah keterlambatan dalam berkomunikasi (pengucapan), huruf terbalik satu sama lain atau menulis seperti dalam bayangan cermin, serta kesulitan dalam memahami arah kiri ke kanan atau sebaliknya, dan mudah terganggu dengan kejadian dimasa lampau. Gejala-gejala dapat termasuk kesulitan mengidentifikasi atau menghasilkan kata-kata berima, atau menghitung suku kata dalam kata-kata (kesadaran fonologi). (sumber :wikipedia)

Ketika menjumpai anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti ini (disleksia), alternatif tindakan yang dapat saya lakukan diantaranya : menyadari karakteristik setiap anak berbeda, memadukan pembelajaran dengan video, menghindari penggunaan kalimat-kalimat panjang, menggali dan menfokuskan pada potensi yang dimiliki anak, serta membuat pembelajaran tetap nyaman dan menyenangkan bagi anak.

Menyadari bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sangat penting bagi kita selaku pendidik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Melabel anak “bodoh” akan menyakitkan bagi si anak maupun orang tuanya. Terlebih hal itu akan berakibat tidak baik bagi perkembangan psikis dari si anak.

Bagi orang tua yang mempunyai anak penderita disleksia, perlu dipahami bahwa di luar segala kesulitan yang di alami anak, juga terdapat banyak area minat dan bakat yang luar biasa, misalnya kemampuan imaginasi  yang tinggi, kemampuan berolahraga yang terampil, kemampuan bermusik, dan lain sebagainya. Bahkan www.merdeka.com melangsir ada 7 tokoh ternama dunia yang ternyata menderita disleksia. Muhammad Ali, sang legendaris petinju dunia, Leonardo da Vinci pencipta lukisan Monalisa, Agatha Christie penulis novel-novel misteri, John Lennon  (salah satu personil band The Beatles) dengan bakatnya yang hebat dalam menulis lirik dan lagu, Steven Spielberg, seorang sutradara dan pembual film yang paling fenomenal di masanya melalui Jurassic Park, Albert Einstein penemu teori relativitas, dan Henry Ford  seorang enterpreneur yang menjadi penemu Ford Motor Company.

Stop melabel anak dengan sebutan “bodoh”, karena setiap anak pasti memiliki area minat dan bakat yang siap kita kembangkan. Tetap memfokuskan didikan pada pengembangan minat dan bakat anak. Semoga sebagai guru maupun orang tua kita dapat mengantar anak-anak sebagai generasi penerus bangsa untuk meraih potensi mereka yang maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun