Pada usia muda, Kartini ditunangkan dengan seorang bangsawan, yang pada saat itu merupakan hal umum dalam budaya Jawa. Namun, Kartini tetap mempertahankan semangatnya untuk belajar dan berjuang untuk hak-hak perempuan. Dia menulis surat kepada teman-temannya, yang kemudian dikenal sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang", di mana dia mengungkapkan aspirasinya untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki.
Pada tahun 1903, Kartini mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi pertama di Jepara, yang kemudian dikenal sebagai Sekolah Kartini. Upaya ini menandai langkah awalnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia. Sayangnya, Kartini meninggal pada usia muda, yaitu 25 tahun, pada tahun 1904.
Setelah kematiannya, surat-surat dan tulisannya diterbitkan oleh teman-temannya dengan judul "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Karya tersebut menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan di Indonesia dan memperluas pengaruh pemikiran Kartini tentang emansipasi perempuan dan pendidikan.
Pada tahun 1964, pemerintah Indonesia secara resmi mengukuhkan Kartini sebagai pahlawan nasional, sebagai penghargaan atas perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan. Setiap tanggal 21 April, hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Kartini di Indonesia, sebagai penghormatan terhadap perjuangannya yang besar dalam memajukan perempuan dan pendidikan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H