Yang jelas, setelah saya selesai mengurus reschedule tiket saya, saya segera menghampiri ibu saya untuk segera mencari penginapan. Karena kondisi Ibu sudah sangat lelah, sehingga saya memutuskan untuk mencari hotel di dekat sekitar bandara. Tetapi bukan sangat dekat, artinya bisa ditempuh dengan jalan kaki, melainkan jarak yang dekat, tetapi bisa diantar sama mobil (begasi saya juga cukup banyak dan berat). Sehingga kami memutuskan untuk mencari hotel di sekitaran jalan Urip Sumoharjo Jogjakarta. Masih ada beberapa sopir taksi (khusus bandara taksi konvensional) menawarkan jasanya kepada kami. Kami bertanya, berapa ongkosnya?
 Segera dijawab oleh sopir tadi ongkos bandara ke jalan Urip Sumoharjo Rp.100.000. Bagi kami itu harga yang mahal (terkesan diada adakan) beda perlakuannya dengan taksi online yang sudah jelas perhitungan tarifnya. Kami mencoba untuk menawar, kalau mau bantu, jangan Rp.100.000,  bagaimana kalau Rp.65.000, karena hari pertama kami tiba di Jogjakarta, kami menginap di hotel yang sama di jalan Urip Sumoharjo dengan tarif Rp.65.000. Sopir tadi langsung menolak.Â
Ya sudah, kami juga tidak memaksa. (sebenarnya dikondisi yang sudah sangat lelah dan jenuh, harga Rp.100.000) harga yang wajar. Tapi kami tetap mencoba menawar dengan harga Rp.65.000 dulu lah. Sampai pada ahkirnya ada salah satu sopir yang lain menawarkan bantuannya kepada kami. Tadinya sopir tersebut sama meminta ongkos Rp.100.000. Tetapi kami tetap menawarnya dengan harga Rp.65.000. Sopir tersebut mencoba menawar lagi, bagaimana Rp.70.000?, kami tetap kekeh dengan Rp. 65.000. Ya sudah ahkirnya kita sepakat. Di sepanjang perjalanan, sopir tersebut cukup sopan,mulai dari membantu begasi kami naik ke taksinya, sampai menurunkannya di loby hotel.
 Ahkirnya saya membayar ongkos sopir tersebut bukan dengan harga Rp.65.000, tetapi saya bayar Rp. 70.000, seperti permintaan semua dari sopir tesebut. Sederhana saja saya berpikirnya, sopir tersebut mungkin juga punya anak kecil yang ditinggalkan dirumah, bekerja sampai dengan pagi hari, tentu sopir tersebut mengharapkan rejeki lebih untuk anaknya. (kembali saya teringat anak saya yang berumur 1 tahunan, juga saya tinggalkan di rumah). Sesampainya dihotel, saya bersama ibu langsung tertidur, karena kecapekan akibat urusan yang panjang dan menguras banyak energy tadi di bandara.
Keesok harinya, kami bangun dan menyempatkan diri untuk menikmati sarapan yang disediakan oleh pihak hotel. Sambil menikmati sarapan pagi, ibu bertanya, sampai dimana perkembangan tutupnya bandara?, kita jadi bisa terbang malam ini?, saya belum bisa menjawab. Sesmpainya kami di kamar, saya segera menyalakan tv untuk mencari informasi perkembangan terbaru dari kondisi bandara Adi Sutjipto. Sambil menunggu berita, saya menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan istri, dan istri menginfokan, kemungkinan bandara akan open jam 10:00 pagi. Sedikit lega mendengar informasi tersebut.Â
Tetapi karena informasinya belum fixed, saya tetap memantau perkembangan informasi dari berita di tv, sampai pada ahkirnya dari berita di tv kami mendengar bahwa operasional bandara Adi Sutjipto akan kembali dibuka pukul 15:00. Ya sudah dalam hati saya anggap itu adalah informasi yang paling realistis yang bisa kami pakai. Karena kebetulan waktu check out hotel kami juga di pukul 13:00. Jadi mau tidak mau kami tetap kebandara. Sambil menunggu jam 13:00, saya mencoba untuk membongkar begasi saya, karena ada salah satunya yang basah dan kebetulan isinya berbagai makanan oleh-oleh untuk teman dan keluarga di Balikpapan.
 Karena ada bahan makanan yang mudah busuk (makanan basah), sehingga mau tidak mau saya buang, tidak mungkin lagi kami bawa, karena makanan tersebut sudah tumpah membasahi makanan yang lainnya. Dan juga untuk alasan efektifitas saya meutuskan untuk hanya membawa barang-barang yang sekiranya bisa kami bawa masuk ke kabin pesawat. Untungnya dokumen penting yang saya bawa tidak menjadi salah satu bagian barang yang rusak tadi. Sehingga cukup lega rasanya, langsung saya masukan k etas ransel saya.
 Karena informasi yang kami dapatkan masih bersifat premature, bisa saja kondisi cuaca kembali ekstrim, (pengalaman kemarin malam mengurus begasi yang banyak). Satu hal yang dapat saya lakukan adalah mencari informasi yang valid mengenai kepastian dibukanya kembali bandara Adi Sutjipto dengan menanyakan kepada salah satu kru TV nasional karena saya berpikir, reporter TV pasti lebih valid informasinya. Dari keterangan yang saya dapatkan diperoleh kabar bahwa, evakuasi badan pesawat GA 258 sudah selesai dilakukan dan bandara Adi Sutjipto sudah akan dibuka kembali pukul 15:00.
 Ahkirnya pada pukul 17:00, saya memutuskan untuk mengajak Ibu saya masuk melakukan check in, tetapi untuk memasukan begasi, saya harus menunggu sekitar 1 jam, karena counter check in yang dibuka, baru melayani penumpang yang segera berangkat pada jam keberangkatan tersebut. 1 jam kemudian, saya ahkirnya bisa memasukan begasi saya ke pesawat yang akan membawa kita terbang ke Balikpapan. Dan Puji Tuhan, tepat pukul 18:30, ahkirnya semua calon penumpang rute Balikpapan dipersilahkan untuk memasuki pesawat dan ahkirnya kita kembali dengan selamat di Balikpapan.