Sementara itu koalisi Forest and Finance (dalam Prakarsa, Rekomendasi Kebijakan, 2022, p. 40) pada tahun yang sama juga meneliti skor pengungkapan ESG 9 bank besar di Indonesia, dan menemukan bahwa bank yang memiliki skor tertinggi adalah Bank Mandiri (4,26); Bank BCA (4,06); Bank Panin (4,01); BRI (2,70); BNI (1,12); Bank DKI (0,68); BTN (0,24); CT Corpora (0,24); dan Indonesia Eximbank (0,24). Dengan skala penilaian antara 0-10, maka skor pengungkapan ESG pada bank yang diteliti menunjukkan tingkat atau posisi yang masih sangat rendah. Rendahnya skor tersebut merupakan indikasi bahwa bank belum sungguh-sungguh mengintegrasikan ESG dalam proses bisnis yang dituangkan dalam berbagai kebijakan bank. Atau, terdapat keenganan bank untuk mengungkapkan kebijakan tersebut.
Penelitian lain (Prihandini, 2024) mencari tahu seberapa lengkap dan relevan pengungkapan aspek-aspek ESG dalam laporan keberlanjutan bank tahun 2022. Dengan menggunakan metode analisis isi, peneliti mendapati hasil yang mirip dengan penelitian sebelumnya.
Hasil skoring pengungkapan ESG (dalam skala 0-5) itu berturut-turut: Bank BRI (2,2); Bank Mandiri (2,1); Bank BCA (1,8); Bank BNI (1,46); Bank Mega (1,1); Bank Danamon (1,06); May Bank (0,97); Bank CIMB Niaga (0,88); dan Bank OCBC NISP (0,53). Konsep pengukuran pengungkapan aspek ESG menggunakan penjabaran kriteria ESG yang dirumuskan oleh International Finance Corporation (IFC, 2021).
Dari Tabel 1 terlihat bahwa aspek Sosial merupakan aspek yang paling banyak dan paling relevan diungkapkan oleh 9 bank (4 KBMI 4 dan 5 KBMI 3) yang menjadi sampel penelitian dengan rata-rata skor 1,35. Hal ini dapat dipahami mengingat bank banyak melakukan interaksi langsung dengan masyarakat. Kemudian disusul dengan aspek Lingkungan dengan skor rata-rata 1,33 dan aspek Tata Kelola dengan skor 1,32. Jarak skor dari ketiga aspek ESG tersebut memang sangat tipis. Namun hal itu menunjukkan bahwa secara umum pengungkapan ESG oleh bank dalam laporan keberlanjutan mereka masih pada tahap yang sangat awal dan minim (lihat misalnya dalam Amidjaya dan Widagdo, 2019). Hal yang berbeda apabila dipisahkan antara KBMI 4 dan KBMI 3, yaitu: Lingkungan (2,01 dan 0,78); Sosial (1,59 dan 1,16); Tata Kelola (2,03 dan 0,76).
Kemudian bank yang paling baik dalam mengungkapkan aspek lingkungan adalah Bank Mandiri (skor 2,5), disusul oleh Bank BRI (2,1). Sedangkan yang paling memperhatikan aspek sosial adalah bank BCA (skor 2,1), disusul Bank BRI dan Bank Mega (skor keduanya 1,6). Bank yang paling baik dalam mengungkapkan aspek tata kelola adalah Bank BRI (2,8), disusul Bank Mandiri (2,4). Dari penilaian terhadap 9 bank tersebut, tampak bahwa Bank KBMI 4 lebih unggul dalam mengungkapkan aspek ESG dibanding dengan Bank KBMI 3. Â
Bagaimana dengan pengungkapan ESG di negara tetangga? Dibanding dengan beberapa negara ASEAN, Singapura dikenal sebagai negara yang memiliki regulasi yang ketat terhadap implementasi ESG, tingkat pemanfaatan teknologi yang lebih baik, dan kualitas transparansi laporan keberlanjutan yang lebih tinggi (Hendratno, 2022). Singapura juga dikenal dengan kerangka keberlanjutan yang kuat dengan dukungan dari otoritas keuangan dalam inisiatif penerapan ESG (OECD, 2023). Laporan OECD juga menyebutkan bahwa Korea Selatan dan Malaysia menunjukkan perkembangan praktik ESG yang lebih baik.
Sedangkan bank yang dikenal paling baik dalam penerapan ESG di kawasan ASEAN menurut Global Finance Magazine (Mei 2024) adalah OUB (Singapura), Maybank (Malaysia), Bangkok Bank (Thailand), dan Bank Mandiri (Indonesia). OUB memiliki komitmen tinggi terhadap keberlanjutan, termasuk dalam pembiayaan proyek hijau dan inisiatif sosial, serta pengelolaan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan dan tata kelola perusahaan. Sedangkan Maybank pada tahun 2023 menduduki peringkat tertinggi di kawasan Asia dalam Carbon Disclosure Project. Bangkok Bank sangat menonjol dalam penerbitan utang publik yang sesuai dengan ESG dan banyak meluncurkan produk inovatif berbasis digital dan keberlanjutan. Bank Mandiri, menurut Glolbal Finance Magazine, memiliki pertumbuhan kredit korporat segmen UMKM yang tinggi dengan kualitas aset yang lebih baik, termasuk dalam penurunan NPL yang signifikan.
(Bersambung ke Bagian 3)