Mohon tunggu...
Wiwiek Prihandini
Wiwiek Prihandini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Akuntansi pada Perbanas Institute

Meminati masalah keuangan berkelanjutan, akuntansi lingkungan, dan Indonesia Emas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal-usul Istilah 'Greenwashing'

8 Juli 2024   11:41 Diperbarui: 9 Juli 2024   05:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Asal-usul Istilah 'Greenwashing'
Oleh Wiwiek Prihandini.

Istilah greenwashing dikemukakan pertama kali pada tahun 1986 oleh Jay Westerveld, seorang aktivis lingkungan hidup dari bagian Utara New York. Jim Montavalli dalam artikelnya berjudul 'A History of Greenwashing: How Dirty Towels Impacted the Green Movement' yang dimuat dalam Daily Finance 12 Februari 2011 menceritakan bagaimana Jay Westerveld menemukan istilah ini.

Pada suatu saat di pertengahan tahun 1983, Jay Westerveld mengambil sebuah kartu di sebuah kamar hotel di Pasifik Selatan dan membaca kalimat berikut: "Selamatkan Planet Kita: Setiap hari, jutaan galon air terbuang sia-sia" digunakan untuk mencuci handuk yang hanya digunakan sekali. Anda yang menentukan pilihan: Handuk di rak berarti, 'Saya akan menggunakannya lagi.' Handuk di lantai artinya, 'Tolong ganti.' Terima kasih telah membantu kami melestarikan sumber daya penting bumi. Kartu tersebut dihiasi dengan tiga anak panah hijau yang membentuk simbol daur ulang.

Westerveld melihat ironi dalam gerakan "simpan handuk" yang dilakukan oleh pihak hotel, karena dia melihat bahwa di sisi lain pihak hotel telah menyia-nyiakan sumber daya dengan berbagai cara, misalnya dengan tidak mencuci kain dalam jumlah banyak yang akan dapat menghemat uang perusahaan. 

Westerveld mengecam bahwa pihak hotel telah membajak konsep 'ramah lingkungan' demi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Maknanya sudah hilang, dan ini bukan tentang membuat planet ini lebih hijau lagi.

Pada tahun 1986, ketika dia sedang menulis makalah tentang multikulturalisme, Westerveld teringat akan catatan tersebut. Seorang temannya yang bekerja untuk sebuah majalah sastra memintanya untuk menulis esai tentang hal itu. Karena majalah tersebut memiliki jumlah pembaca yang besar di sekitar Kota New York, tidak lama kemudian istilah 'freenwashing' tersebut menjadi populer di media yang lebih luas.

Meskipun dia mungkin yang menciptakan istilah tersebut, namun sesungguhnya orang lain sudah mengenal konsep greenwashing jauh lebih awal dari itu. Menurut CorpWatch, ketika gerakan "ekologi" mulai berkembang pada pertengahan hingga akhir tahun 1960-an, perusahaan berusaha untuk ikut-ikutan, dan kritikus sosial Jerry Mander menggambarkan upaya licik mereka sebagai "pornografi lingkungan".

Saat ini, istilah greenwashing merujuk pada praktik di mana sebuah perusahaan atau organisasi memberikan kesan palsu atau menyesatkan tentang seberapa ramah lingkungan produk, layanan, atau kebijakan mereka. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dari citra hijau yang sebetulnya tidak mencerminkan realitas kegiatan operasional mereka. ***

Link:
https://web.archive.org/web/20150923212726/http://www.dailyfinance.com/2011/02/12/the-history-of-greenwashing-how-dirty-towels-impacted-the-green/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun