Dalam kalimat klise kita semua selalu berkata "lestarikan lingkungan untuk anak cucu kita" dan sekarang inilah suara anak cucu tersebut.
Mencintai bumi dan segala isinya memang bukan hal yang baru, namun tetap saja kerusakan lingkungan terus terjadi di segala penjuru. Hal ini tak terlepas dari gaya hidup manusia yang memberi dampak langsung pada lingkungan, contohnya penggundulan hutan (deforestasi).Â
Berdasarkan data Global Forest Watch pengurangan hutan primer di dunia seluas 4,21 juta ha sepanjang 2020, Jumlah itu lebih banyak dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya 3,75 juta ha. hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan, lahan peternakan, atau kawasan perkotaan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sehingga mengancam biodiversitas pada hutan.
Ketika hutan rusak parah, hewan liar menjadi terusir dari habitatnya dan harus berkelana mencari rumah, tak jarang tempat tinggalnya menjadi lebih dekat dengan manusia. virus-virus pun keluar dari sarangnya, kondisi seperti ini membuat penyakit-penyakit yang seharusnya dialami oleh hewan jadi berpindah ke manusia atau disebut juga dengan peristiwa zoonosis.Â
Akhirnya terjadilah wabah yang mengerikan seperti yang tercatat dalam sejarah. contohnya malaria (1880) melalui nyamuk, ebola (1976) melalui kelelawar, swine flu melalui babi dan sekarang covid (2019) melalui kelalawar.
Hakikat sesungguhnya dari pandemi ini adalah bukti dan pengingat bagi kita semua, bahwa kualitas lingkungan sangat penting karena berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Namun benarkah Covid-19 berdampak positif terhadap lingkungan? mari kita lihat kebenarannya;
Anjuran di banyak negara untuk di rumah aja selama pandemi covid-19 mengakibatkan turunnya aktivitas kendaraan dan cerobong asap pabrik-pabrik besar, kondisi ini membuat jumlah emisi karbon dunia turun dan membuat udara di bumi membaik sampai 7% pada 2020, lapisan ozon pun berangsur pulih. namun itu tidak bertahan lama, hanya awal-awal saja kini setelah new normal udara kembali memburuk.
Karena segala kegiatan dilakukan di rumah, penggunaan energi menjadi berlebihan, meskipun kegiatan industri dan sekolah berkurang Namun penggunaan listrik rumah tangga menjadi berlipat ganda.
Bukan hanya itu, manusia di seluruh dunia menggunakan masker untuk melindungi diri dari covid-19 sehingga mengakibatkan sampah miliaran masker sekali pakai perbulan, ini akan menjadi ancaman yang sangat serius bagi lingkungan.
dengan demikian, kita manusia dan seluruh makhluk hiduplah yang merasakan dampaknya. Mungkin kita bisa membuat perubahan yang sangat nyata, dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan gaya hidup. Mulai dari hemat menggunakan listrik, membuang sampah pada tempatnya, hingga menjaga hutan dari ancaman deforestasi. Karena jika kualitas lingkungan meningkat, maka kita semua juga yang akan mendapatkan kenikmatannya.
Mari kembali menerapkan cara hidup kakek dan nenek kita, yang penuh pertimbangan, tidak boros, dan penuh kesadaran dalam konsumsi agar covid-19 tidak terulang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H