Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004).
Penyuluh atau konselor bimbingan dan konseling haruslah memahami fungsi, prinsip, dan asas bimbingan dan konseling, serta ruang lingkup atau layanan apa sa ja yang harus diberikan oleh seorang konselor terhadap anak didiknya.
ABKIN (2007) mengemukakan praktik bimbingan dan konseling dalam merencanakan, melaksanakan, menilai, dan menindaklanjuti kegiatan pelayanan konseling, sebagai berikut:
Dalam Naskah Akademik ABKIN 2007, Merencanakan, Melaksanakan, Menilai dan Menindaklanjuti Kegiatan Pelayanan Konseling terdiri atas:
- 4 bidang layanan (pribadi, sosial, belajar karier),
- fungsi layanan (pencegahan, pemahamanan, pemeliharaan dan advokasi),
- 9 jenis layanan (orientasi, informasi, penguasaan konten, penempatan dan peyaluran konseling perorangan, bimbingan kelompok konseling, kelompok mediasi dan konsultasi),
- 6 kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi data, himpunan data, konferensi kasus, tampilan kepustakaan kunjungan rumah dan alih tangan kasus),
- Dilaksanakan melalui format klasifikal kelompok dan individual,
- Layanan Responsif,
- Perencanan Individual,
- Dukungan Sistem
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidikan yang sejajar dengan kualifikasi Guru, Dosen, Pamong dan Tutor berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat (6).
Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidikan satu dengan yang lainnya mengandung arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk Konselor, memiliki keunikan konteks dalam tugas, eksplektasi kinerja, dan setting layanan.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan, maka dalam praktiknya BK juga memiliki tujuan untuk membuat siswa mencapai kebahagiaan dan keselamatan, sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam memberikan layanan, BK juga perlu memperhatikan kodrat anak dan kodrat zaman, membuat siswa merasa nyaman dan nyaman serta layanan yang diberikan juga berpihak pada anak.
Berikut prinsip dalam Bimbingan dan Konseling, yaitu:
- diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah.
- sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.
- menekankan hal yang positif. Bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang;
- merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah  sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.
- pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
- berlangsung dalam Berbagai Setting (adegan) Kehidupan. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya prinsip-prinsip BK sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu berpihak pada siswa, memahami kodrat anak dan kodrat zaman, seorang guru BK menuntun siswanya, serta menjadikan siswanya bahagia dan selamat pada masa depan.
SMP Negeri 14 Bandar Lampung memiliki layanan Bimbingan dan Konseling yang cukup dapat mengikuti aturan dan prinsip layanan, hanya saja masih ada yang perlu ditingkatkan terutama dalam memberikan layanan langsung kepada siswa supaya lebih menyenangkan dan berpihak pada siswa terutama pada masa pandemi ini.
Sebagai hasil refleksi saya pada kegiatan pembelajaran selama pandemi ini, layanan BK terasa kurang maksimal dilakukan, karena berbagai keterbatasan seperti tidak ada jam khusus untuk BK, koordinasi yang terkadang kurang maksimal dengan wali kelas, keadaan pandemi untuk melakukan home visit, siswa merasa canggung untuk menghubungi guru BK. Oleh karena itu, saya melakukan perubahan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA), yaitu pendekatan manajemen perubahan kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA meyakini bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.
Sebelumnya saya membuat pemetaan kekuatan yang ada di SMP Negeri 14 Bandar Lampung, yaitu:
Setelah membuat pemetaan kekuatan saya melakukan tahapan BAGJA sebagai model manajemen perubahan positif yang dapat diterapkan di sekolah. Adapun tahapan yang saya lakukan sebagai berikut:
1. Buat pertanyaan utama (Define)
Pada tahap ini saya membuat pertanyaan yang pada intinya bagaimana membuat layanan BK yang menyenangkan dan berpihak pada siswa itu. Kemudian saya mencari informasi melalui internet, bertanya langsung pada rekan sejawat dan sesama guru BK dari sekolah lain, dan menanyakan pada siswa melalui kuesioner online melalui link yang saya bagikan melalui grup WA kelas.
Siswa yang mau menghubungi guru BK saat memiliki masalah masih lebih rendah dibandingkan yang memilih untuk menyimpannya sendiri atau menceritakannya kepada orang lain dan tidak mau menggunakan layanan BK ini untuk membantu mereka. Dengan demikian, sebenarnya siswa SMP Negeri 14 Bandar Lampung sudah merasa senang dan nyaman dengan layanan BK yang ada, namun mereka belum mau memanfaatkannya secara maksimal. Harapan mereka terhadap layanan BK adalah membantu mereka dalam menyelesaikan masalah, guru yang ramah, dan juga ada jam khusus BK di kelas mereka. Tentu saja harapan siswa ini dapat diwujudkan melalui perubahan-perubahan dalam layanan BK.
2. Ambil pelajaran (Discover)
Dari rencana yang saya buat, tindakan yang akan saya lakukan adalah mencari sekolah atau guru BK yang sudah dapat memberikan layanan BK yang menyenangkan. Dalam hal ini saya belajar dari seorang teman saya yang mengajar di salah satu SMP swasta di kota Bandar Lampung mengenai layanan BK yang ada di sekolahnya. Alasan saya memilih beliau menjadi narasumber saya adalah karena beliau memiliki passion terhadap BK, beliau juga pernah bercerita mengenai hal-hal yang sudah dilakukan terhadap siswa dan perubahan yang significant terhadap siswa tersebut. Dari hal ini saya merasa beliau dapat saya jadikan contoh untuk saya, maka saya melakukan wawancara melalui video call.
3. Gali mimpi (Dream)
Pada kegiatan ini saya bersama rekan sejawat membuat daftar layanan BK yang menyenangkan dan berpihak pada siswa dalam bentuk poster berdasarkan informasi  dari kuesioner, wawancara dan diskusi yang sudah saya lakukan, kemudian saya akan menempelnya di ruangan BK. Hal ini saya lakukan untuk mengingatkan saya dan rekan sejawat untuk melakukan kegiatan ini. Selain itu juga secara tidak langsung saya memberikan informasi kepada rekan guru yang datang ke ruang BK.
Dalam melaksanakan rencana ini, sebelumnya saya melakukan capaian realistis yang dapat dicapai setiap minggunya dengan berkolaborasi dengan rekan sejawat. Berikut capaian yang saya buat:
5. Atur eksekusi (Deliver)
Setelah melakukan hal-hal di atas, saya menyampaikan ide rencana ini kepada kepala sekolah dan rekan guru BK. Kemudian mengajak rekan guru sejawat untuk berkolaborasi dalam mewujudkan rencana ini dengan membuat rencana layanan yang akan dilakukan dan melihat capaian yang telah dibuat, seperti:
- membuat angket kebutuhan siswa yang menjadi dasar penyusunan program,
- melakukan update layanan informasi melalui sosial media,
- melakukan kolaborasi dengan wali kelas secara rutin
- mengusulkan ide untuk meminta jam khusus BK kepada kepala sekolah
- berkolaborasi dengan bagian kesiswaan dalam membuat aturan tata tertib sekolah
Dari beberapa kegiatan yang sudah saya lakukan ini saya belajar bahwa apa yang saya miliki saat ini tidak semuanya kurang baik, melainkan belum optimal seperti dalam melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat dan wali kelas, belum memanfaatkan media sosial yang sudah ada belum optimal. Apa yang menjadi harapan saya pun ternyata menjadi harapan bagi rekan sejawat dan juga rekan guru BK lainnya. Jadi saya perlu melihat hal-hal positif yang ada di sekitar saya, kemudian meningkatkan dan mengoptimalkan fungsinya. Saya juga perlu melakukan refleksi untuk evaluasi dan perbaikan demi tercapainya harapan dan cita-cita saya menjadikan layanan BK di sekolah saya menjadi menyenangkan dan berpihak pada siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H