Masih ingat kalimat Dilan tentang "Rindu itu berat, kamu tak kan kuat.  Biar aku saja"? Pasti ingat dong ya, karena film ini booming banget.  Walaupun sempat jadi kontroversi karena pemerannya tapi tetap saja film  ini booming. Saya tidak akan membahas tentang film Dilan.Â
Saya akan  membahas rindu yang akan datang. Maksudnya ? Yap, sekitar sembilan hari  lagi saya akan berpisah dengan Nadine. Hari itu akan menjadi hari  perpisahan yang berat untuk saja. Saya akan meninggalkan Nadine dalam  waktu yang lama, sekitar 3 bulan. Memang sih saya pergi meninggalkan  Nadine bukan untuk jalan-jalan, tetapi untuk menempuh pendidikan profesi  guru (PPG).Â
Tiga bulan, waktu yang singkat sebenarnya, tapi juga akan  menjadi waktu yang lama untuk saya karena saya harus meninggalkan  Nadine. Selama ini, paling lama cuma 4 hari untuk meninggalkan Nadine di  rumah bersama utinya.Sekarang harus selama itu.Â
Aaahhh... membayangkan  hari itu saja saya sudah sedih dan berurai air mata. Apalagi nanti ya  ketika harinya tiba. Saya pasti harus menahan untuk tidak menangis  supaya Nadine tidak menangis juga, saya harus terlihat bahagia dan  baik-baik saja walaupun dalam hati rasanya hancur.Â
Kalau boleh memilih, saya tidak ingin pergi. Tapi hidup adalah pilihan  dan setiap pilihan pasti ada resiko yang harus dihadapi. Dan inilah  pilihan saya. Saya memilih untuk ikut pendidikan itu demi kesejahteraan  keluarga tetapi resikonya harus meninggalkan Nadine selama itu.Â
Ada  beberapa orang yang bilang "kenapa nggak diajak aja?", awalnya memang  saya mau ajak Nadine tapi mengingat tempat yang saya datangi adalah baru  untuk saya dan saya juga belum tahu lingkungan di sana bagaimana, saya  jadi takut Nadine menjadi nggak nyaman, selain itu juga nanti saya juga  bakalan ada tugas yang menumpuk.Â
Sudah bisa dibayangkan Nadine juga  tetap tidak nyaman ada di sana. Karena alasan ini, akhirnya saya  putuskan untuk tidak mengajak Nadine. Ternyata teman-teman saya juga  banyak yang tidak membawa anak, pertimbangannya hamper sama dengan saya. Â
Tapi tidak sedikit juga yang akan membawa anaknya. Itu tadi yang saya  bilang, hidup adalah pilihan. Setiap orang bebas untuk memilih dan  menanggung resikonya.Â
Sebelum pergi tentunya saya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi  hal-hal yang nantinya terjadi, termasuk saya juga mempersiapkan Nadine  untuk siap saat ditinggal saya nanti. Saya tak ingin Nadine bergantung  pada saya, maka dari itu saya sekarang menjadi orang kelihatan "jahat"  dihadapan Nadine karena tidak terlalu peduli dan perhatian dengannya. Â
Padahal dalam hati saya hancur sehancur-hancurnya. Sudah beberapa minggu  ini Nadine tidur dengan uti dan akungnya, yap semacam latihan untuk  tidak tidur dengan saya. Ketika dia nangis, saya tidak muncul. Tapi saya  mendengarnya, kelihatannya tidak peduli dan jahat banget kan? Tapi  biarlah, saya melakukan ini untuk kebaikan bersama. Â
Hmmm... tulisan ini adalah pemikiran dan bayangan saya tentang yang  nantinya akan saya alami. Tangisan karena rindu itu sudah pasti ada dan  pasti akan terjadi. Tetapi tawa dan bahagia juga nanti akan terjadi. Zaman sudah canggih ini, setiap hari bisa video call dengan Nadine,  melihat dan mengobrol dengannya walaupun sebenarnya tidak kuat. Tapi itu  salah satu yang nantinya menjadi obat rindu.Â