Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hutang Bukan Sekedar Janji, tapi Juga Tanggung Jawab

23 Februari 2018   20:25 Diperbarui: 23 Februari 2018   20:35 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal hutang piutang pasti yang terpikir adalah uang dan janji kapan mau dibayar. Bener nggak sih? Soalnya saya begitu. Kalau kita yang punya hutang, pasti berpikir bagaimana cara membayarnya. Hal yang normal begini dan memang harusnya begitu. Karena hutang memang harus dibayar. Lalu bagaimana kalau orang yang udah dikasih hutang tapi nggak bayar-bayar juga dengan sejuta alasan? Aaahh.. rasanya kesal ya. Apalagi alasannya bilang nggak punya uang untuk bayar, ehh..nggak lama foto profil atau status WhatsApp nya lagi pergi jalan-jalan. 

Haduuuuhh.. kesalnya nambah-nambah yah, untuk bayar hutang nggak ada tapi untuk jalan-jalan ada. Padahal kan uang untuk jalan-jalan bisa untuk bayar hutang dulu. Kalau ada orang yang begini berarti dia nggak normal ya, hehe.. Atau saat ditagih justru  bilang "duuhh.. kamu telat datangnya sih, udah abis kemarin untuk belanja". Ini yang ngomong kayak gini pasti lupa deh temannya mau ambil uang sendiri bukannya mau pinjam uang. Makanya sampai ada yang bilang "yang punya hutang malah lebih galak daripada yang ngurangin saat ditagih". 

Padahal saat hutang pada teman pasti deh ceritanya dibuat sedih, pasang muka yang memelas dan seolah-olah tak berdaya. Akhirnya si teman kasihan dan meminjamkan sejumlah uang yang dimau. Padahal belum tentu lho yang kasih pinjam ini berlebihan uang, bisa saja karena memang kasihan dan kebetulan ada uang lebih yang bisa dipinjamkan. Mungkin saja ada hal yang dikorbankan, misalnya uang itu untuk membeli sesuatu tetapi karena temannya lebih butuh, akhirnya dikasih dulu karena dia berpikir "ahh..nanti saja, barang yang mau dibeli masih belum penting". 

Akhirnya uang itu dipinjamkan begitu saja, tentunya tanpa bunga ya. Karena ini meminjamkan pada teman bukan kepada nasabah bank. Yang kasih hutang ini juga pasti akan berhitung nanti bulan sekian uangnya akan kembali dan dia bisa beli sesuatu yang memang dia ingin beli. Tapi seringnya sering zonk alias si peminjam uang atau si yang punya hutang mendadak amnesia, pura-pura lupa kalau punya hutang atau malah beralasan dia belum punya uang. Kalau alasannya benar tak masalah, tapi kalau alasannya dibuat-buat, haduuuh.. rasanya pasti dongkol ya.

Nah, dari pengalaman saya dan teman-teman saya yang sering curhat di sosial media, saya bisa belajar tentang soal hutang piutang ini. Pertama, boleh kok pinjam uang sama teman karena memang nggak berbunga tentunya dan jangka waktunya bisa mundur kalau memang terpaksa. Tapi pemikiran ini harus segera dibuang jauh-jauh, justru hutang ke teman itu harus jadi prioritas untuk dibayar. Ingat janjinya bayar kapan, ya harus dibayar tepat waktu. Kenapa? 

Ingat ini pinjaman tanpa bunga dan uang yang kita pakai itu adalah hasil "pengorbanan" dia untuk tidak membeli sesuatu atau hasil jerih payah dia mengumpulkan uang. Masak sih tega lihat teman sendiri susah? Kecuali kalau teman kita uangnya nggak habis-habis atau punya pohon uang, mungkin nggak masalah kali ya. Tapi kalau saya punya teman yang begini, mending saya bilang "minta uang" daripada bilang pinjam atau hutang, karena kalau pinjam atau hutang ya harus dipulangkan dong.

Kedua, saya belajar kalau saya yang jadi si pemberi hutang maka saya akan lihat nih, keperluan dia hutang untuk apa, urgensinya apa. Misalnya kalau untuk bayar uang sekolah atau untuk berobat anaknya, pasti akan dipinjamkan. Tapi kalau untuk usaha, bayar kredit mobil, atau malah untuk beli mobil, haduuhh.. mikir-mikir  deh saya. 

Kalau saya punya pohon uang (ngayal banget), saya kasih cuma-cuma aja deh, hehe.. Lalu  saya akan lihat kata-katanya, kalau dia banyak janji, misalnya "Minggu depan deh gue balikan" atau "bulan depan ya, nanti gue tambahin deh", saya akan berhati-hati dengan tipe yang begini, karena biasanya dia si pengembar janji dan biasanya janjinya akan meleset nanti kalau ditagih akan beralasan seperti yang udah saya contohkan di atas. Kalau dia teman dekat, baiklah akan saya beri pinjaman. 

Tapi kalau pas ditagih susah, ini akan jadi pelajaran buat saya, lain kali jangan dikasih lagi, istilahnya sampai dia mau nangis guling-guling juga jangan dikasih (hahaha.. kejam banget ya). Tapi memang harus begitu sih biar dia juga paham. Lalu ada tipe orang yang kalau mau pinjam uang tapi dia terlihat ragu-ragu dan bingung mau kembalikan uang kapan, biasanya yang seperti ini nih yang akan memprioritaskan uang kita untuk dikembalikan. Biasanya orang yang seperti ini juga nggak akan berani untuk pinjam dalam jumlah yang banyak.

Sebenarnya sih masalah hutang piutang ini nggak akan jadi masalah kalau si pemilik hutang bertanggung jawab dengan apa yang dijanjikan dan terbuka tentang kesulitan membayarnya pada si pemberi hutang. Tunjukkan itikad yang baik untuk membayar hutang, misalnya mencicil ataupun menyimpannya (kalau si pemberi hutang tak mau dicicil). Yang pasti membayar hutang harus menjadi prioritas, lebih baik tidak punya uang di dompet tapi hutang sudah dibayar daripada uang banyak didompet tapi masih punya hutang. Bener nggak? 

Tapi sekali lagi semuanya tergantung pada individu masing-masing sih. Ada yang nggak bisa tidur kalau punya hutang dan ada yang tetap bisa tidur nyenyak walau hutangnya banyak. Bukankah lebih menyenangkan jadi orang yang bisa dipercaya daripada orang yang dicap sebagai penipu karena nggak pernah bayar hutang? Ya nggak sih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun