Mohon tunggu...
Priemz Marianto
Priemz Marianto Mohon Tunggu... -

Pribadi yang mau berubah dan diubah demi perkembangan diri...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Say No to Drugs

19 September 2012   08:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Elizabet Pisani dalam bukunya Kearifan Pelacur: Kisah Gelap di Balik Bisnis Seks dan Narkoba bahwa seperti kebanyakan negara di Asia Tenggara lainnya, Indonesia memiliki dunia yang perdagangan seks yang besar dan semua penelitian yang telah dilakukan menunjukkan tingkat penggunaan kondom yang sangat rendah dan tingkat penularan penyakit seksual yang amat tinggi. Hal ini merupakan resep mujarab bagi penyebaran HIV yang baik.[1] Selain itu masih banyak data-data yang menunjukkan bahwa masalah HIV-Aids semakin hari semakin meningkat. Penggunaan narkoba menjadi salah satu alasan munculnya penyakit HIV-Aids.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah itu baik "narkoba" maupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu, namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar tujuan dan dalam dosis yang tidak semestinya.

Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Penyalahgunaan narkoba akan menimbulkan ketergantungan atau dependensi. Hal ini akhirnya menimbulkan kekuatiran dari berbagai pihak, misalnya orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah. Banyak langkah yang dibuat dalam upaya pemberantasan narkoba, tetapi langkah-langkah yang ditempuh tidak menghindarkan narkoba dari banyak kalangan. Masih ada saja orang yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Penggunaan narkoba bisa menimbulkan penyakit HIV-Aids. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yakni Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndromeyang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Jadi, penggunaan narkoba merupakan faktor besar dalam penyebaran infeksi HIV. Alat-alat yang dipakai secara bergantian untuk memakai narkoba dapat membawa HIV dan hepatitis dan penggunaan narkoba juga dikaitkan dengan hubungan seks secara tidak aman. Infeksi HIV menyebar secara mudah bila orang memakai alat suntikan secara bergantian dalam penggunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus HIV/AIDS.

Hampir semua kalangan tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai masalah HIV/AIDS, begitu pula kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS, baik dari segi cara infeksi, penularan, juga perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Padahal AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan, tetapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.

[1] Elizabeth Pisani, Kearifan Pelacur: Kisah Gelap di Balik Bisnis Seks dan Narkoba, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008, 98

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun