Mengapa China Lebih Resilien Terhadap Geopolitik Dibandingkan Indonesia?
Di tengah gejolak geopolitik global yang tak kunjung reda, ekonomi China berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup mengesankan yakni sebesar 5,3%. Sementara itu, Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi yang cukup besar, masih berusaha mengejar ketertinggalan. (Wardoyo 2024) Yang menjadi suatu pertanyaan besar disini ialah, mengapa China mampu bertahan dan bahkan tumbuh pesat di tengah kondisi yang penuh tantangan, sementara Indonesia justru tertinggal? Artikel ini akan mengulas beberapa faktor yang menjadi kunci mendasar terkait perbedaan kinerja antara ekonomi China dengan Indonesia.Â
Kebijakan Pemerintah yang Pro-Pertumbuhan
Salah satu faktor utama di balik pertumbuhan ekonomi China yang pesat yakni kebijakan pemerintahnya yang sangat pro-pertumbuhan. Pemerintah China telah berhasil merancang dan melaksanakan berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang stimulatif, serta menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi investasi. Program-program infrastruktur yang besar-besaran, adanya dukungan penuuh terhadap sektor wisata, serta fokus pada eksor telah menjaddi kunci keberhasilan China dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kita harus memperdalam reformasi struktural di sisi penawaran, meningkatkan mekanisme insentif dan kendala untuk mendorong pembangunan berkualitas tinggi, berupaya menciptakan pendorong dan kekuatan pertumbuhan baru" kata Presiden China Xi Jinping dalam rapat pleno ketiga Komite Pusat Partai Komunis China. (Yang 2024)
Di sisi lain, Indonesia seringkali menghadapi tantangan dalam implementasi kebijakan ekonomi yang konsisten dan berkelanjutan. Perubahan kebijakan yang terlalu sering serta alur birokrasi yang cukup rumit kerap menjadi penghambat dalam pertumbuhan investasi dan bisnis. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, dalam acara Seminar Nasional Reformaasi Birokrasi di Jakarta mengatakan, "Permasalahan yang menyebabkan implementasi reformasi birokraasi belum optimal diantaranya adalah pola pikir birokrat dan komitmen pimpinan". (HumasMenpan 2021)
Struktur Ekonomi yang Berbeda
       Struktur ekonomi China yang sangat terdiversifikasi juga menjadi salah satu faktor kunci di balik ketahan perekonomian China. Sektor manufaktur yang kuat, didukung oleh rantai pasok yang efisien, telah menjadi mesin pertumbuhan utama bagi China. Adapun, China berhasil melakukan diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan sektor jasa dan teknologi.
Berbeda dengan China, Indonesia masih sangat bergantung pada sektor komoditas, terutama minyak sawit dan batu bara. Saat konferensi pers di kantor Badan Pusat Statistik Jakarta, Pudji Ismartini yang merupakan Deputi Statistik distribusi dan Jasa mengatakan  jika batu bara, CPO, dan besi baja memang menjadi komoditas unggulan dari Indonesia. Bahkan, hingga April 2024 porsi ekspor ketiga komoditas tersebut mencapai 33,78% dari total ekspor non migas yang senilai dengan US$ 18,27 M. (Arrijal Rachman 2024) Keterantungan pada kedua komoditas tersebut membuat ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga di pasar global.Â
Inovasi dan Teknologi
       China telah berhasil melakukan transformasi dari negara yang berorientasi pada manufaktur berbasis tenaga kerja menjadi negara yang berorientasikan pada inovasi dan teknologi. Pemerintah China memberikan dukungan besar terhadap riset dan pengembangan, serta mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan inovasi. "Sistem baru untuk memobilisasi sumber daya secara nasional harus ditingkatkan, kita harus lebih memanfaatkan peran pemerintah dalam mengupulkan sumber daya untuk membuat terobosan teknologi utama dan perusahaan harus menjadi aktor utama dalam inovasi" kata Li Keqiang dalam laporan kerjanya saat pembukaan pertemuan tahunan parlemen China. (Yolandha 2023)
       Indonesia, meskipun memiliki potensi besar dalam sektor teknologi, masih tertinggal dalam hal inovasi. Kurangnya investasi dalam riset dan pengembangan, serta infrastruktur teknologi yang belum memadai, menjadi kendala utama bagi pengembangan sektor teknologi di Indonesia.
Kualitas Sumber Daya Manusia
       Sistem Pendidikan di China sangat menekankan pada STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), yang menghasilkan lulusan dengan keterampilan yag dibutuhkan oleh industri modern. Pemerintah China juga sangat fokus pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di pasar global.  Seorang ahli Pendidikan STEM dan profesor di Universitas Beijing, Dr. Mei Lin mengatakan, "Revolusi STEM di China memiliki potensi untuk mengubah paradigma pendidikan tradisional menjadi model yang lebih interaktif, inklusif, dan berorientassi pada aplikasi. Pendidikan STEM bukan hanya tentang mengajar siswa untuk menghafal fakta-fakta, tetapi juga mengajar siswa untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan menemukan solusi kreatif untuk maslah dunia nyata". (Dewi 2023)Â
       Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Tingkat pendidikan yang rendah, serta kurangnya keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, menjadi kendala bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja.Â
Dari perbandingan antara China dan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Indonesia perlu meakukan sejumlah reformasi struktural untuk dapat mengejar keteertinggalan dari China. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
- Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
- Menerapkan kebijjakan fiskal dan moneter yang konsisten
- Mendorong diversifikasi ekonomi
- Meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan
- Memperkuat sistem Pendidikan
Dengan melakukan reformasi-reformasi tersebut, Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dan menjadi negara maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H