Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya.
Dalam pembutan larutan, dapat diketahui reaksi reaksi apa saja yang terjadi jika zat terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan. Reaksi-reaksi yang muncul itu tidak hanya terjadi dalam labotarium namun juga bisa terjadi dialam kita. Sehingga percobaan ini juga sangat erat kaitannya dengan keterampilan dasar dalam bekerja di labotarium kimia.
Karena larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan sebanding dalam pelarut murni. (H.Petruci,kimia dasar jilid 2, 2002,Jakarta, hal 55)
Reaksi kimia disertai pelepasan atau penyerapan energy. Reaksi yang membebaskan energy disebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap energy disebut reaksi endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu pembakaran, sedangkan contoh reaksi endoterm, yaitu perubahan beras menjadi nasi dan fotosintesis. Banyak reaksi yang berlangsung serta merta begitu zat pereaksi dicampurkan, tetapi banyak juga yang memerlukan pemanasan. Reaksi eksoterm yang berlangsung serta-merta menyebabkan kenaikan suhu, sedangkan reaksi endoterm menyebabkan penurunan suhu. (purba,2002)
Gravimetri
Anaisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan analit dari zat-zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin.
Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaanya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya.
Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenamya, harus dipenuhi dua kriteria berikut:
1) proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempuma
2) endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemumian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor.
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat asam atau basa berdasarkan atas reaksi asam basa. Dalam melakukan titrasi asam basa ada dua tori yang digunakan yaitu teori Arrhenius dan teori Bronsted Lowry.
Pada teori Arrhenius asam di larutkan di dalam air dan berdisosiasi menghasilkan ion Hidrogen (H+) sebagai satu-satunya ion positif. Basa pada teori Arrhenius berdisosiasi dan menghasilkan ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.
Pada teori Bronsted Lowry asam cenderung melepaskan proton (donor proton), sedangkan basa enderung untuk mengikat proton (akseptor proton).
Dalam titrasi asam-basa, indikator adalah zat yang memiliki perbedaan warna yang mencolok dalam medium asam dan basa. Salah satu indikator yang digunakan adalah fenolftalein, yang tidak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda pada larutan basa. (Chang, 2003 h.112)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H