Mohon tunggu...
Sabarian
Sabarian Mohon Tunggu... Penulis - pelajar

Mahasiswa Pascasarjana ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Timur Tengah seperti Kotak Korek Api yang Mudah Terbakar

9 Januari 2024   00:53 Diperbarui: 9 Januari 2024   00:53 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alquds.co.uk/

"Al-Quds Al-Arabi": The Financial Times menerbitkan editorial tentang situasi di Timur Tengah, "Kotak Korek Api yang Mudah Terbakar," hal ini mengacu pada serangkaian insiden minggu lalu yang menempatkan wilayah tersebut di ambang jurang kehancuran.

Dia mengatakan, selama lebih dari tiga bulan, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hamas di Gaza, di tengah kekhawatiran bahwa konflik tersebut akan memicu perang regional. Entah bagaimana, konflik tersebut telah menyebar melampaui batas negara.

Milisi yang didukung Iran telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut , dan Houthi yang didukung Iran telah melakukan serangkaian serangan terhadap kapal komersial  AS di Laut Merah. 

Hizbullah, sekutu terpenting Iran di kawasan tersebut, terlibat baku tembak dengan pasukan Israel. Hingga akhir pekan ini, konfrontasi masih terkendali dan berada dalam garis merah. Namun situasi ini bisa saja berubah dan menimbulkan kekhawatiran yang lebih tinggi.

Pada hari Selasa, serangan di Beirut menewaskan pejabat terkemuka Hamas yang bernama Saleh al-Arouri dan enam anggota Hamas lainnya. Israel tidak menyangkal atau mengkonfirmasi tanggung jawab atas serangan itu, namun juga tidak menyembunyikan niat mereka untuk membunuh para pemimpin Hamas.

Amerika Serikat telah melancarkan beberapa serangan terhadap milisi Irak sejak 7 Oktober, namun ini adalah pertama kalinya AS menargetkan seorang pemimpin terkemuka di ibu kota Irak. Setelah serangan tersebutpun Israel tetap berniat untuk menyerang, dan mengejar mereka (Hamas) dimanapun mereka berada. Karena serangan itu terjadi di pinggiran selatan kubu Hizbullah, dan dipandang sebagai provokasi, partai tersebut bersumpah akan membalasnya.

Dua hari kemudian, pasukan Amerika membunuh seorang pemimpin Irak di milisi yang didukung Iran dalam serangan di Bagdad, hal ini adalah bentuk respons dari serangan sebelumnya terhadap pasukan Amerika. Amerika Serikat telah melancarkan beberapa serangan terhadap milisi Irak sejak 7 Oktober, namun ini adalah pertama kalinya AS menargetkan seorang pemimpin terkemuka di ibu kota Irak.

Di antara dua pembunuhan tersebut, sebuah bom bunuh diri di dekat kuil pemimpin Garda Revolusi di Kerman, Qassem Soleimani, menewaskan lebih dari 80 orang, dan ISIS mengaku bertanggung jawab atas hal tersebut, yang menunjukkan bahwa organisasi Sunni ini berusaha mengambil keuntungan dan mengeksploitasi situasi di wilayah tersebut.

Di tempat lain, Amerika Serikat memberi peringatan kepada 11 sekutu kelompok Houthi di Yaman bahwa mereka mungkin akan menghadapi dampak dari operasi yang mengganggu pelayaran komersial global. Namun kelompok Houthi mengabaikan peringatan tersebut dan menargetkan kapal yang tidak terlindungi, meskipun hal itu tidak menyebabkan kerusakan pada kapal yang lewat.

Surat kabar tersebut berkomentar bahwa perluasan serangan yang dilakukan oleh beberapa pemain telah meningkatkan ketegangan. Semua pihak diminta untuk menahan diri.

 Sejak awal perang, Amerika Serikat mengandalkan pencegahan dan peringatan untuk mencegah pecahnya konflik yang meluas, dan Amerika Serikat mencegah Israel melancarkan serangan preventif terhadap Hizbullah setelah serangan tanggal 7 Oktober lalu.

Pada saat yang sama, Iran telah menunjukkan kekuatannya melalui kelompok proksinya  untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengabaikan serangan Israel di Gaza, namun juga memberi isyarat kepada Amerika Serikat bahwa untuk saat ini mereka tidak akan memperluas keterlibatannya dalam perang tersebut. 

washington (AS) mendapati dirinya semakin terlibat, ketika pasukannya sedang diserang di Irak, dan dukungannya yang teguh terhadap Israel telah menghancurkan reputasinya di dunia Arab yang marah atas kehancuran Gaza.

Perang Israel di Gaza menyebabkan kehancuran besar dan kematian lebih dari 22.500 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Hal ini mulai menimbulkan kekhawatiran akan kelaparan di Jalur Gaza. 

Surat kabar tersebut meminta Washington untuk melipatgandakan upayanya untuk  mengurangi ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon, yang merupakan front paling penting yang dapat memicu terjadinya perang komprehensif.

 Para pejabat Amerika berusaha membujuk kedua belah pihak untuk mematuhi resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB setelah perang pada Juli 2006. Implementasinya berarti Hizbullah menarik pasukannya dari perbatasan dan menghentikan serangan udara Israel ke Lebanon, yang akan menyelesaikan konflik jangka panjang soal perselisihan wilayah yang disengketakan.

Surat kabar tersebut mengatakan bahwa tidak ada jaminan atas solusi diplomatik, namun upaya ini layak dilakukan, karena kenyataan pahit tidak akan menghilangkan risiko perang yang meluas, juga tidak akan hilang selama Israel terus membom Gaza yang terkepung.

Melihat situasi perang yang melibatkan banyak pihak, maka tidak heran jika surat kabar tersebut mengatakan bahwa Timur Tengah seperti kotak korek api yang mudah terbakar. 

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun