Mohon tunggu...
Priyono .
Priyono . Mohon Tunggu... karyawan swasta -

life is sharing the simple things

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Kematian Begitu Dekat | Sebuah Catatan Harian

22 Oktober 2012   02:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:33 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu kemarin barangkali adalah hari yang paling memberi pelajaran berharga bagi kami, terutama saya yang setiap hari berangkat kerja menggunakan motor.

Siang itu, kami baru pulang dari menghadiri sebuah undangan resepsi pernikahan salah satu famili. Dengan mengendarai motor, saya membawa serta istri dan kedua balita kami.

Di tengah perjalanan, pada suatu pertigaan, saya mulai meningkatkan kewaspadaan. Dari arah sebelah kiri saya hanya ada sebuah motor dan sudah melewati saya. Sedang dari arah sebelah kanan sebuah truk bermuatan. Dalam hitungan saya, jika saya tetap mempertahankan kecepatan motor, maka saya dapat melintang terlebih dahulu baru kemudian truk bermuatan itu akan melewati belakang saya.

Namun, pada saat posisi saya sudah hampir di tengah jalan, tiba-tiba muncul sebuah motor di depan truk tersebut! Saya sendiri tidak tahu dengan pasti apakah motor itu memang sudah ada dari tadi dan saya tidak melihatnya, atau motor itu baru saja menyalip truk yang ada di arah kanan saya?

Jarak saya dengan motor itu hanya beberapa meter saja. Kami memang sama-sama mencoba mengurangi kecepatan, namun dengan jarak sependek itu sepertinya hal itu percuma saja. Dalam sedetik sempat terlintas dalam pikiran saya, "tabrakan akan terjadi!". Dan dalam posisi seperti itu tak ada yang bisa kami lakukan selain memasrahkan segala kemungkinan kepada-Nya.

Seandainya saja -ini "seandainya", ya- jika kecelakaan itu terjadi maka ceritanya tidak hanya akan berhenti sampai disini saja, karena dari arah kiri kemudian muncul sebuah mini van berwarna merah. Jika tabrakan itu terjadi maka motor yang saya tumpangi bersama istri dan kedua balita saya kemungkinan besar akan terjatuh ke kiri atau agak maju sedikit, dan akan segera "disambut" mini van merah itu! Atau truk bermuatan?

Namun, alhamdulillah semua itu tidak terjadi. Dengan kondisi rem saya yang tidak bagus, maka meskipun mengerem motor saya seperti meluncur begitu saja. Dan itu bagus, karena ternyata dengan itu kami bisa menghindari tabrakan. Subhanallah. Setelah sadar bahwa kami lolos dari motor tersebut, saya sedikit lega. Namun saya kemudian menyadari bahaya lain yang datang dari arah kiri: mini van merah! Refleks, saya membanting setir ke kanan, ke tengah jalan. Beruntungnya, truk bermuatan itu belum datang sehingga kemudian saya dapat segera memacu motor lagi melanjutkan perjalanan.


***


Yang paling shock dengan kejadian ini tentu istri saya. Bahkan sampai tiba di rumah pun istri saya sampai tidak mau makan apa-apa.

Buat istriku, maaf ya. Lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun