Tukang buah yang patah hati pada tukang sayur mengirimkan surat, yang isinya seperti ini;
"Wajahmu memang manggis, watakmu juga melon-kolis...
Tapi hatiku nanas karena cemburu, sirsak napasku... Hatiku anggur lebur! Ini delima dalam markisah hidupku. Memang, ini juga salakku, jarang apel di malam Minggu.
Ya Tuhan, mohon blimbing-Mu, kalau memang per-pisang-an ini yang terbaik untukku, semangka kau bahagia dengan pria lain...
Sawo-nara. Dari: Durianto"
***
Keesokan harinya datanglah surat balasan dari tukang sayur;
"Membalas kentang suratmu yang kemarin itu...
Brokoli-brokoli sudah kubilang, jangan tiap datang rambutmu selalu kucai. Jagungmu tak pernah dicukur. Disuruh datang malam Minggu, eh, nongolnya hari labu. Ditambah kondisi keuanganmu yang makin hari makin pare... Kalau mau nelpon aku aja mesti ke wortel.
Terus terong aja, cintaku padamu sudah lama tomat. Bawangkali ini saja pintaku, jangan kangkung aku lagi. Aku mau hidup seledri!
Cabe deh...