Mohon tunggu...
Priyono .
Priyono . Mohon Tunggu... karyawan swasta -

life is sharing the simple things

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lagu Anak-anak Perlu Direvisi!

14 Januari 2012   02:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_163687" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Dulu, waktu anak kami masih berusia enam bulanan, istri saya sering menyanyikan untuknya lagu Bintang Kecil. Kemudian lama setelah itu, karena kesibukan yang semakin bertambah (halaah..) dan karena kami lebih sibuk mengajari anak kami hal-hal yang lain, istri saya tak pernah menyanyikan Bintang Kecil lagi. Nah, beberapa hari yang lalu, iseng-iseng istri saya coba menyanyikan kembali lagu tersebut. Hasilnya menarik, anak saya yang sudah hampir dua tahun itu masih ingat betul lirik lagunya! Saat istri saya melafalkan "Bintang kecil dilangit...", anak saya langsung menyahut "...tinggi,". Begitu juga saat istri saya menyanyikan "Amat banyak...", anak saya langsung bilang, "...angkasa," -tentu dengan bahasanya yang kurang begitu jelas. Tapi ini membuktikan satu hal bahwa daya rekam otak anak-anak sungguh luar biasanya. Maka berhati-hatilah berbicara dan mengajarkan sesuatu kepada anak kita, karena dampaknya mungkin bukan hari itu tapi bertahun-tahun kemudian saat dia dewasa dan pengajaran kita (telah) membentuk karakternya. Termasuk dalam memperkenalkan lirik lagu, sekalipun itu lagu anak-anak. Coba perhatikan ini, "Si Kancil anak nakal / Suka mencuri ketimun / Ayo lekas dikurung / Jangan diberi ampun..." Sungguh tak elok rasanya bila semenjak kecil anak-anak dididik untuk anti-memaafkan. Suatu kesalahan besar bila anak-anak yang masih polos itu dipoles untuk lebih senang membalas daripada memaafkan. Atau yang ini, "Dua mata saya / Yang kiri dan kanan / Satu mulut saya / Tidak berhenti makan..." Mungkin pengarang lagu ini beranggapan bahwa anak kecil yang masih dalam tahap pertumbuhan membutuhkan asupan yang banyak. Tapi saya lebih melihatnya sebagai pengajaran untuk bersikap konsumtif. Masih banyak lagu anak-anak yang lebih bagus (baca: mendidik) liriknya. Kalaupun terpaksa harus menggunakan lagu ini, akan lebih baik bila liriknya sedikit diganti seperti yang dilakukan oleh TK/Playgroup kebanyakan. "Satu mulut saya / Bicara yang sopan..." Anak -disadari atau tidak- adalah anugerah terbesar dalam hidup kita. Jaga dia. Dan lebih penting dari itu, cetak dia untuk menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat bagi dunia. Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun