Fenomena bahasa jaksel merupakan salah satu penggunaan bahasa yang saat ini digunakan oleh masyarakat gen Z dengan menggabungkan dua bahasa antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Masyarakat menggunakan dua bahasa tersebut dengan cara beberapa mengubah arti kosakata Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Fenomena Bahasa Jaksel dulunya hanya tersebar dan terjadi pada sekitar daerah Jakarta saja. Namun semakin berjalannya zaman, fenomena ini sudah tersebar luas hingga luar wilayah Jakarta.
Penggunaan bahasa ala remaja Jaksel telah diterapkan sejak tahun 70an. Bahasa tersebut digunakan oleh penjahat agar masyarakat tidak dapat mengerti apa yang sedang dibicarakan. Sehingga, fenomena bahasa ini digunakan pada masyarakat muda atau gen Z untuk berkomunikasi.
Jakarta merupakan salah satu Ibu Kota Negara Indonesia yang menjadi pusat perhatian bagi warga Indonesia dan disertakan dengan generasi pergaulannya. Salah satu bagian Kota Jakarta yang banyak dihuni oleh influencer, tersangka mulai mempengaruhi mulai dari gaya hidup hingga pada campuran Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris yang digunakan sebagai aktivitas interaksi sehari-hari pada remaja di Jakarta. Dalam kosa kata I, U, Gua, Lo, Why, When, Well, Which is, Literally, Anyway, Because yang akan digabungkan dengan Bahasa Indonesia seperti kalimat "When lo pulang sekolah langsung nongki with your friend".
Wilayah Jaksel memang banyak menerapkan lembaga pendidikan internasional. Kemudian terbentuknya suatu asosiasi bahwa anak Jakarta Selatan adalah anak yang berada pada kalangan kasta tinggi dan sangat terpelajar. Hal ini dikarenakan mereka pintar dalam menggunakan dan mengubah antar dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Selain pandai dalam berbahasa, dalam pergaulannya mereka juga pintar yang dapat memilih sesuai kasta ekonominya.
Dalam penggunaan antar dua bahasa ini rasanya tidak akan sampai merusak tatatan bahasa. Selama penggunaannya dalam kondisi yang sesuai. Hal ini juga dapat mendorong masyarakat untuk melatih kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. Namun memiliki sisi negatif yakni akibatnya masyarakat menjadi malas dalam mempelajari
Bahasa Indonesia karena mereka merasaÂ
lebih keren dan gaul dengan menggunakan Bahasa Inggris.Â
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan antar campuran dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris juga memiliki sisi negatif. Kita dapat menerapkan dan menggunakan bahasa ala anak Jaksel, akan tetapi tidak melupakan bahasa negara sendiri yakni Bahasa Indonesia. Berdasarkan informasi yang telah dikutip, Fenomena Bahasa Jaksel merupakan fenomena kebahasaan yang menggunakan dua tata bahasa yaitu campuran Bahasa Indonesia antar Bahasa Inggris yang telah digunakan oleh anak muda atau gen Z sebagai media interaksi sehari- hari. Pada dasarnya tujuan berinteraksi adalah salah satu upaya untuk menyampaikan isi argumen serta opini kita dengan individu lainnya. Sehingga, kita tidak dapat menyalahkan penggunaan fenomena bahasa gaul ini pada anak muda di zaman sekarang. Karena, bahasa ini sudah diterapkan dan terjadi pada masa lampau hingga masa yang akan datang. Hal penting dalam hadirnya fenomena bahasa ala anak Jaksel kita dapat menyikapi sesuai dengan kondisi yang tepat serta selalu menjaga kelestarian Bahasa Indonesia di era fenomena bahasa gaul yang telah terjadi.
Sumber artikel=Â
Mutiah Dwi, Syifa S.pd. 2021."Fenomena Bahasa Jaksel Perlukah Dipertimbangkan Di Kelas Bahasa".Ponpes AlTsaqafah.id, Jakarta Selatan. 2024. 2/2.https://altsaqafah.id/esai/fenomena- bahasa-jaksel-perlukah- dipertimbangkan-di-kelas-bahasa/
Destian, Vincent. 2023. "Fenomena Bahasa Anak Jaksel".www.id.scribd.com, Jakarta. 2024. 3/2.https://id.scribd.com/document/ 411210165/Fenomena-Bahasa-Anak- Jaksel
