Mohon tunggu...
Shankara Dama
Shankara Dama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Never ending spirit

"Semangatku tidak pernah berakhir "

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Kutukan Nenek Kayu Berayap

28 Juni 2023   12:55 Diperbarui: 3 Juli 2023   22:15 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada cuti kerja akhir tahun ini, aku dan raya hendak berlibur ke luar kota selama sepekan. Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh hutan belantara merupakan tujuan kita untuk mendapatkan sensasi baru untuk berlibur. 

Suasana yang vintage, kuno dan zaman dulu itu menjadi tantangan untuk mengetahui kehidupan warga di desa tersebut.  

Kebetulan kita sudah mendapatkan serta menyewa rumah yang terbuat dari kayu kuno, warga desa menyebutnya dengan "Rumah Tua Kayu" dan menghindarinya dengan rasa takut.  Konon, dari cerita warga, rumah yang sudah berdiri sejak zaman nenek moyang dan diyakini memiliki sejarah yang gelap.

Baca juga: Kaki Misterius

Pada suatu pagi yang cerah, kita telah sampai di desa tersebut dan penuh rasa penasaran memutuskan untuk menyembunyikan misteri di balik Rumah Tua Kayu.  Kita merasa tidak puas dengan cerita-cerita horor yang beredar di desa tersebut dan ingin mengungkap kebenarannya sendiri.

Aku dan Raya mulai memasuki halaman rumah yang dipenuhi lumut dan dedaunan yang kering.  Saat Raya melangkah ke dalam rumah tua itu. Ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang.

"Nurul...coba lihat deh ini rumah apa ndak terlalu tua dan kotor untuk kita sewa dan ditempati selama liburan kita?!?" tanya dan protes Raya kepadaku seolah dia kecewa dan mengurungkan niatnya untuk tinggal dan menyewa rumah tua tersebut.

"Loh Ray...kita kan sudah sepakat kalo kita akan sewa rumah dengan suasana vintage dan harganya murah!!! Imbuhku mayakinkan Raya dengan sepenuh hati meski rasanya aku juga mulai ragu untuk masuk ke rumah tua itu.

Baca juga: Gugur Daun di Arshy

Langkah kaki kita menghasilkan suara bergema yang membuat bulu kuduk kita merinding.  Rumah itu sunyi senyap, hanya ada suara angin berdesir melalui celah-celah kayu yang lapuk.  Kita pun berjalan perlahan, mengikuti jejak debu yang telah tertinggal bertahun-tahun.  Sementara tas travel masing-masing, kita taruh di tepi dinding luar kamar.

"Ray...sepertinya kita hanya perlu menggunakan ruangan depan deh yaa... setelah ini bantuin bersihin ya Ray...Nanti aku bersihkan ruangan depan, siapkan kamar dan kamu bisa bersihkan halaman depan rumah" semangatku setelah perjalanan jauh dari kota dan segera ingin istirahat dan menikmati liburan selama sepekan.

Di dalam rumah tua itu, kamar pertama yang aku temui dipeunhi dengan benda-benda yang sudah rusak.  Namun, ada sebuah cermin tua yang masih bersinar di pojok ruangan.  Aku pun tidak bisa menahan diri untuk melihat ke dalamnya.  Tetapi apa yang ku lihat di cermin itu tidaklah biasa.  Bayangan gelap muncul di belakangnya, tetapi ketika ku berbalik, tak ada apa-apa.  Seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari balik dimensi lain.

Aku masih terus menyembunyikan rasa takut ini, di ujung ruangan, aku menemukan pintu yang tertutup rapat.  Aku mendengar bisikan-bisikan samar di balik pintu itu.  Dengan rasa penasaran dan ketegangan yang tak tertahan, aku mengeluarkan keberanian terakhir untuk membuka pintu tersebut.  Namun, ketika pintu terbuka, aku hanya menemukan ruangan kosong luas seperti dapur zaman dulu dengan bau busuk yang menusuk hidung.

Saat aku mencoba meninggalkan ruangan itu, aku mendapati pintu keluar yang tadinya terbuka sudah tertutup rapat.  Aku mencoba membukanya, tetapi pintu itu seakan-akan terkunci dengan kuat.  Aku terjebak dalam ruangan belakang yang mengerikan.

Sekarang aku merasakan kepanikan yang luar biasa.  Suara langkah kaki samar-samar terdengar di sekelilingku.  Aku merasa seperti ada seseorang atau sesuatu yang menguntit dalam bayangan. 

Dalam ruangan yang kurang pencahayaan, aku pun mengambil senter ponsel untuk melihat sekeliling ruangan. 

Di situ aku menemukan catatan-catatan kuno yang berbicara tentang ritual-ritual gelap yang dilakukan oleh pemilik rumah di masa lalu. Ternyata, Rumah Tua Kayu itu merupakan tempat dimana roh-roh jaaht dikumpulkan untuk tujuan yang tak terbayangkan.

Sementara itu, Raya yang sedang di halaman depan rumah sedang membersihkan daun-daun kering yang berserakan di tanah.

Srek..sreeek...sreeek!!! Raya mendengar suara langkah dan seretan benda berat di tanah yang kering, kemudian mata Raya terpusat pada nenek tua dengan rambut gimbal sangat panjang dan berpakaian kebaya berjarik sambil membawa kayu usuk yang sudah tua.

Raya masih memperhatikan langkah nenek tua itu dengan menyeret kayu besar itu bolak balik di depan pandangan matanya.  Raya seketika lari ke dalam rumah saat nenek tua itu menoleh ke pandangannya dengan wajah yang mengerikan.

Tolooong!!! Gedubraaak!!! Suara pintu ruangan pun terbuka dengan doronganku dan kemudian kita berdua bertabrakan di ruang depan. 

Kaget membelalak kita berdua ketakutan dan Raya terlihat dengan napas yang terputus-putus menceritakan bahwa dia sedang melihat nenek tua yang mengerikan melintas di depan rumah.

"Nurul, kita masih ada lima hari kedepan berada di desa ini, jadi...pliiiss deh kita coba cari rumah lain untuk kita tempati!! Tidak harus seseram inilah kita menikmati liburan kita Nur.." pinta Raya dengan memohon-mohon kepadaku.

"Ray, kamu pikir aku juga tidak takut ??!? kita sudah terlanjur bayar dan kalau mencari tempat lain, uang dari mana?? Kalau pun kita harus pindah, aku harus mendapatkan uangku kembali!!!"

"Baiklah, kita harus selesaikan malam ini juga misteri Rumah Tua dan Nenek Tua itu, kamu yang sabar ya Ray... dan tak ada gunanya kita bertengkar seperti ini."

Malam hari pun tiba, ruangan depan maupun kamar di kelilingi lampu yang redup, cukup untuk menerangi sudut-sudut ruangan.   Semuanya terlihat remang-remang, kita segera masuk kamar untuk beristirahat dan berupaya untuk melupakan peristiwa di pagi hari tadi.  

Belum sejam berlalu , aku sudah mendapatkan Raya tertidur pulas yang berbaring se ranjang denganku. 

Aku sengaja untuk tidak memejamkan mata terlebih dahulu untuk memastikan malam ini dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terjadi keanehan yang mencekam maupun penampakan tidak terduga.

Sejenak aku melihat jam di ponselku menunjukkan pukul satu dini hari, tiba-tiba aku mendengar suara benda berat di seret dan terdengar semakin keras di lantai.

Srek...sreeek....sreeek!!!!

Pelan-pelan, aku mendekat ke pintu kamar dan mengintip ke luar. Tanpa isyarat apapun, terlihat sesosok nenek-nenek tua berrambut gimbal dan panjang mengenakan pakaian kebaya berjarik, sama persis dengan yang dilihat Raya tadi pagi di halaman rumah. 

Nenek itu memeluk, membawa kayu usuk yang besar dan panjang, kayu yang sudah terlihat tua dan berrayap.

Nenek itu melangkah mendekat menuju ke kamar tempat kita tidur.  Aku pun semakin takut, bulu kuduk ku merinding dan jantungku terasa berdegup kencang tidak karuhan.

Nenek tua itu sudah mendekat di balik pintu kamar dan mendorongnya, aku tak tinggal diam meski rasa takut menyelimuti diriku.  Pintu kamar kembali aku dorong sekuat tenagaku hingga keringat dingin membasuhi badanku.

"Ray...bangun Ray...Toloong Ray!!!!"

Aku tak kuat menahan dorongan Nenek Tua itu, hingga aku terjatuh dan merangkak ke atas ranjang.  Mulut diam dan tanpa ekspresi, badan dan pakaian kotor serta rambut gimbal itu tiba-tiba berbaring di kasur dan mendekat di badan Raya.  

Tangannya yang kotor dengan kuku panjang berwarna hitam meraih leher Raya dan mencekiknya kuat-kuat. 

Tak tinggal diam, aku bergelut untuk memisihkan cengkeraman Nenek Tua itu dari leher Raya. Semakin tercekik, Raya terbangun dari tidurnya dan berteriak minta tolong.  Nenek Tua itu semakin kuat dan menarik badan Raya dengan cengkeraman di leher mengarah keluar kamar dan menuju ruang belakang..

"Tolooooong!!! Hentikan.....itu temanku!!! Segera aku kejar mereka dengan sekuat tenaga dan seketika mereka berdua hilang dalam kegelapan.

"Rayaaaaaaa!!!!" akupun menangis menjerit kencang, temanku sudah menjadi tumbal dan kita terjebak dalam malapetaka yang tak terhindarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun