Masa kontrak kerja tahun ini telah habis dan awal tahun dipastikan aku sudah mendapatkan tugas kerja baru di luar kota. Â Semua sudah aku persiapkan untuk packing barang-barang yang perlu aku bawa ke tempat tinggal yang baru. Â Tempat tinggalku yang baru ini sudah aku sewa sejak satu bulan sebelum masa kerjaku habis di tempat lama. Â Rumahnya sederhana, bersih, dan dindingnya dicat dengan warna baru. Â Warna hijau kombinasi putih itu sangat menyejukkan mata.
Dua minggu berlalu...
Aktivitas baru, tempat tinggal baru, pekerjaan baru, dan yang pasti tetangga baru. Â Lingkungan sekitar juga terlihat asri, orang-orangnya juga ramah dan komunikatif.Â
Pada suatu malam yang gelap dan dingin, jam menunjukkan pukul 9 malam. Â Akupun sudah siap tarik selimut dan istirahat lebih awal, karena besok pagi adalah hari pertama aku masuk di tempat kerja yang baru. Â Seperti biasa, aku matikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur. Â Mataku terpejam sejenak, kemudian aku kedipkan beberapa kali. Â Aku melihat sekeliling ruangan di dalam kamar tiba-tiba berkabut tipis, sekali lagi aku urungkan mata ini terpejam lagi. Â Kabut itu semakin tebal dari bawah, pikirku... "apakah karena cuaca di daerah sini sangat dingin hingga kabut masuk ke dalam kamar" hatiku berbicara dengan mata terjaga melihat sekeliling ruangan yang kurasa semakin menggigit dinginnya dan menusuk kulit tipisku yang tertutup selimut.
Sekejap, sepertinya aku sudah merasa lelah dan tertidur. Â Entahlah, tiba-tiba mataku terbelalak kaget karena lengan kananku terasa dingin. Â Aku melihat sekeliling kamar masih berkabut dan kali ini semakin membuat sesak dadaku. Â Serasa aku ingin bangun dari tidurku dan keluar kamar tidur. Â Tapi usahaku sia-sia, untuk menggerakkan badan saja serasa berat seperti kaki dan tanganku dipasung kayu usuk dan rantai besar dan berat. Â Akupun hanya bisa menggerakkan kepalaku dan coba ku tengok sebelah kananku.
"Iiiiiiiiiikh" teriakanku pun tertahan memekik ketakutan. Â Sesosok kaki putih yang terlihat kurus kering dan kusut seperti kaki nenek-nenek tua. Â Tak menembus badan dan wajah dari sepasang kaki kusut itu, akupun tak mampu melihat apapun kecuali kabut yang semakin tebal dan hanya sepasang kaki kusut. Â Sepertinya sosok itu menyentuh lenganku hingga terasa dingin, melebihi dinginnya es batu dalam freezer. Dinginnya mencekam dan merambat di dada dan leherku. Â Sosok itu meraih leherku hingga mencekik dan menekan tulang kerongkonganku.
"Toloooooong!!!" teriakku dengan sekuat tenaga... syukurlah aku bisa terbangun dan duduk dengan nafas yang terputus-putus. Â Jantungku berdegup sangat kencang, "sosok apa tadi...sangat mengerikan!!" dalam hatiku yang sangat ketakutan hingga keubun-ubun kepala.
Seketika kabut putih pekat itu semburat ke sudut-sudut kamar yang masih terlihat gelap dan terasa dingin. Â Akupun segera berdiri dan keluar kamar untuk mengambil segelas air putih di dapur. Â Leherku masih terasa sakit karena ditekan terlalu kuat oleh sosok yang bagiku sangat misterius, badan dan wajahnya tertutup kabut tebal dan hanya tampak sepasang kaki yang kurus kering dan kusut. Â Setelah itu, aku segera kembali ke kamar dan tidur kembali, aku berharap setelah ini bisa tertidur nyenyak hingga pagi hari.
Sayur...sayur...
Teriakan ibu-ibu penjual sayur itu terdengar di telingaku dan itu menandakan kalau hari sudah pagi, pantas saja kalau suara dari luar sangat terdengar keras, karena kamar tempat aku tidur dekat dengan jalan kampung dan jendela kamar segera kubuka. Â Aku melihat penjual sayur itu berada tepat didepan rumah dan sudah ramai dikerumuni ibu-ibu yang hendak belanja sayur segar maupun lauk daging.
"Pagi neng Mada...masak sayur apa neng hari ini??"sapa salah satu tetanggaku. Â Aku segera keluar kamar dan menuju ke depan rumah, mau masak apapun pagi ini, aku masih terngiang peristiwa semalam yang sangat mengerikan.Â
"Oiya, neng mada gimana kesannya selama seminggu ini tinggal di tempat baru?, tidak terjadi hal-hal aneh kan neng???" Tanya salah satu tetanggaku dengan tiba-tiba dan seraya ingin mendengar ceritaku yang mengerikan.
"Ooooh, aman kok buk. Emang hal-hal aneh apa itu buk?" jawabku penuh dengan kebohongan besar serta tanyaku penasaran seolah ingin segera mendapatkan informasi tentang kejadian aneh di kampung ini.
Berdiri beberapa menit bersama ibu-ibu kampung, seperti aku masuk dalam cerita mereka. Â Mereka menceritakan bahwa rumah yang aku tempati, rumah ini terkenal dengan cerita-cerita horor yang mengerikan.
Konon, rumah ini berisi roh jahat yang dikenal sebagai Kaki Tua Kusut. Â Kisah Kaki Tua Kusut menjadi legenda di desa itu, dia konon merupakan seorang wanita tua yang hidup sendirian di rumah ini. Â Kabarnya, ia adalah seorang paranormal yang menyembunyikan ilmu hitam dan melakukan ritual kegelapan untuk mendapatkan kecantikan dan kekuatan yang tak tertandingi. Â Kemudian kekuatan itu membuatnya terlihat jauh lebih tua dari usianya yang sebenarnya, dengan rambut kusut dan tubuh yang keriput, selain itu yang pasti sepasang kakinya terlihat kurus kering dan kusut.
Warga kampung sangat takut pada Kaki Tua Kusut. Â Mereka percaya bahwa dia mengintai di malam yang gelap dan mencari jiwa-jiwa yang lemah untuk mengisi keinginannya yang kejam. Â Banyak warga yang mengakui melihat penampakan Kaki Tua Kusut, dengan wajah yang terdistorsi oleh kekejaman dan matanya yang merah menyala seperti bara api neraka.Â
Akupun tidak takut pada cerita-cerita hantu. Â Aku pasti akan selalu mencari sensasi baru, rasa penasaran tentang Kaki Tua Kusut ini membuatku tidak bisa menahan diri.
Pada suatu malam yang anginnya melanda kampung dengan keras, aku memutuskan utnuk menunggu kedatangan sosok kaki yang misterius itu. Â Seperti biasa, aku akan melakukan aktivitas tidur malam dengan badan tergeletak di kasur. Â Suasana di dalam kamar sangat mencekam. Â Udara terasa dingin, dan aku merasa seakan-akan ada seseorang yang mengawasinya dari bayangan..
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki tua yang kusut mendekat dengan cepat dan diam di sebelah kanan badanku. Â Aku berusaha untuk tetap tenang, tapi rasa takut mulai merasuki hatiku. Â Di tengah ketakutan, lampu tidurku tiba-tiba padam, membiarkanku terjebak dalam kegelapan total.
Aku merasakan hawa dingin mengitari tubuhku. Â Akupun bisa merasakan napas sesuatu sosok yang jahat di lengan kananku. Â Tanpa terlihat, Kaki Tua Kusut mulai meremas leherku dengan kekuatan yang tak manusiawi. Â Aku berjuang untuk melepas diri, tetapi semakin sosok itu berusaha semakin kuat genggaman Kaki Tua Kusut.
Namun, dalam keputusanku , aku segera meraih cermin yang tergantung di dinding, dengan kekuatan terakhir yang kumiliki, cermin itu sudah dalam genggamanku dan meraih Kaki Tua Kusut itu untuk kuhadapkan dengan cermin itu.Â
"Tidaaaak, panaas...hentikan!!!!" suara teriakan rintihan kesakitan nenek tua itu semakin mencekam dan seluruh tubuhnya luluh lebur semnurat menjadi kabut asap dan sirna begitu saja.
Suasana rumah terutama di dalam kamar seketika hening dan hawa hangat mulai membaluri udara di dalam ruangan. Â Hari demi hari kejadian aneh, peristiwa mencekam dan mengerikan sudah tiada lagi. Â Legenda yang konon diceritakan warga kampung tentang Kaki Tua Kusut sudah aku taklukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H