A: "Dalam hidup ini kami bosan selalu digusur. Jadi jika kami dimakamkan di bawah Candi Borobudur, rumah (baca:makam) dan jasad kami tidak akan digusur lagi. Dan, pada saat tertentu makanan (baca: sesajen) di sana berlimpah. Setidaknya setahun sekali kami juga dapat makan enak."
Malaikat: (beberapa saat jemarinya bergetar, lalu ada gerakan memilin antara jari tengah dan ibu jari mengeluarkan suara khas=baca: OKE!)
Kemaruk (baca: O..Teganya)
Sore bergulir makin dalam. Malaikat masih saja jalan-jalan. Lelah menyeret kedua kaki, Malaikat merasa lapar. Ia pun melangkah masuk pada sebuah restoran. Sambil menyantap hidangan Malaikat mengadakan percakapan dengan B.
Malaikat: "Dingin kali di sini, ya. Para tamu pun cuma sikit"
B: "Ya, suasana di sini memang di setting seperi di Europe. Para pengunjung hanya dari kalangan tertentu. Ini restoran super eksklusif."
Malaikat: "Wah, bapak paham kali mengenai restoran ini, ya."
B: "O...tentu. Saya ownernya."
Malaikat: "O...jadi Boss ini pemiliknya, ya. (ada nada kagum dalam suaranya) Wah, hebat. Masih muda sudah jadi pengusaha. Usaha bergerak pada bidang apa saja, Boss."
B: (gaya aristocratnya mumbul)
"Ada realestate, mining coal, dan plantation. Sepertinya Anda, belum pernah..."
Tiba-tiba gedung itu dilanda gempa sangat kuat, dan beberapa detik kemudian bagunan megah tsb rubuh. Bapak B, terjepit puing-puing. Ia berteriak-teriak kesakitan. Keadaannya sungguh parah. Malaikat berusaha menenangkan penuh kelembutan.