Mohon tunggu...
Presley Hariandja
Presley Hariandja Mohon Tunggu... lainnya -

Mengamati masalah-masalah sosial.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FISUM]Humor Tragis (Humoris)

18 Juli 2012   00:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A: "Dalam hidup ini kami bosan selalu digusur. Jadi jika kami dimakamkan di bawah Candi Borobudur, rumah (baca:makam) dan jasad kami tidak akan digusur lagi. Dan, pada saat tertentu makanan (baca: sesajen) di sana berlimpah. Setidaknya setahun sekali kami juga dapat makan enak."

Malaikat: (beberapa saat jemarinya bergetar, lalu ada gerakan memilin antara jari tengah dan ibu jari mengeluarkan suara khas=baca: OKE!)

Kemaruk (baca: O..Teganya)

Sore bergulir makin dalam. Malaikat masih saja jalan-jalan. Lelah menyeret kedua kaki, Malaikat merasa lapar. Ia pun melangkah masuk pada sebuah restoran. Sambil menyantap hidangan Malaikat mengadakan percakapan dengan B.

Malaikat: "Dingin kali di sini, ya. Para tamu pun cuma sikit"

B: "Ya, suasana di sini memang di setting seperi di Europe. Para pengunjung hanya dari kalangan tertentu. Ini restoran super eksklusif."

Malaikat: "Wah, bapak paham kali mengenai restoran ini, ya."

B: "O...tentu. Saya ownernya."

Malaikat: "O...jadi Boss ini pemiliknya, ya. (ada nada kagum dalam suaranya) Wah, hebat. Masih muda sudah jadi pengusaha. Usaha bergerak pada bidang apa saja, Boss."

B: (gaya aristocratnya mumbul)
"Ada realestate, mining coal, dan plantation. Sepertinya Anda, belum pernah..."

Tiba-tiba gedung itu dilanda gempa sangat kuat, dan beberapa detik kemudian bagunan megah tsb rubuh. Bapak B, terjepit puing-puing. Ia berteriak-teriak kesakitan. Keadaannya sungguh parah. Malaikat berusaha menenangkan penuh kelembutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun