Mohon tunggu...
Wage Rudlof Gunarto
Wage Rudlof Gunarto Mohon Tunggu... Konsultan - Penyuka tempe

Penyuka Dan brown,||pengagum Sidharta mukerje|>,infectious diseases tisu |🕊twitter@sinjahreem,||pemerhati lelembut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samudera Empati

20 Maret 2022   13:52 Diperbarui: 20 Maret 2022   14:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari bersinar indah sekali,camar2 mengitari..

Seragam.dan keangkuhan sebagai kapiten kapalpun memcuat,derap langkah keoptimisan datang.

Hari yang indah untuk perjalanan kedepan,awak kapalpun sudah berjajar menyambut sang komendan,banyak berkas untuk di lalui ssbelum ke tongkat kemudi

Siapa saya,sebuah pertanyaan di telpon celular sang komendan,senyum jumawa di kedepankan,bayangkan dengan pengalaman berlayar 26 tahun tak satupun pernah gagal

Memgikuti mentari,sayalah yang terbaik tak ada yang lain begitu ucapnya dalam hati,kemudi sudah di pegang ,meminta segelas kopi pahit dan aspirin

Waktu menunjukan keberangakatan,suara yang memang wibawa maka hidupkan mesin,angkat jangkar,kawan,waktunya show time.pelan berjalan kesatu tujuan,kejumaawaan dan nama besar.

Cuaca masih menyembul mesra ,setitikpun tak ada noda,selamat kapitan atas jabatan barunya sebuah suara terdengar,seluruh cruw bertepuk tangan

Samudra menyambut gembira sang komendan,gelombang tak begitu besar,angin tertawa riang,kecepatan kapal di naikkan,kita akan terbang kawan

Deburan samudra menambah laju kejumawaan,,matapun bisa di istirahatkan,kapitanpun memejamkan mata sambil berdiri,terlelaplah dalam mimpi bertemu bidadari

Titik2 hitam mulai datang sebagai batu sandungan,  pencapaian,sang asiaten selalu melaporkan keadaan,tapi apalah daya sang kapitan mabuk kepayang.

Semakin pekat samudra,angin yang mesra berbalik arah jadi menakutkan,teriakan keraspun tak menyurutkan sang komendan bahwa keadaaan akan tenang.

Gelap gulita samudra ,deburan ombak semakin menampar kanan kiri,bidadari belum beranjak dalam impian,oleng di hantam badaipun itu hal biasa,kali ini beda kapitan suara itu lebih keras,arah kapal bergeser dari kooerdinat,walkitolki ramai di seluruh bagian kapal,sang jumawa masih belum sadar akan realyta

Tamparan keras dari ombak seketika itu mengejutkan,305 penunpang ,500 awak kapal menjerit berbarengan,gundah gulana akan keadaan,ketenangan dan jam terbang sang kapitan meredakan kekhawatiran

Terombang ambing di pusaran debunya kehidupan,semakin meninggi gelombang,sadarlah sang kapitan dermaga masih jauh dari panggang,ketakutan dalam kegelapan

Kekuatan penuh di lakukan guna mendapatkan sang mentari lagi,separoh pengalam sirna,ya ada hanyalah intuisi akan keberlangsungan,tamparan2 gelombang tak di pedulikan,mesin yang kuat ,kapal yang mevah jadi jaminan keadaan,terplantung,terhepas di dinding,yang sebelumnya bahagia sekarang kengerian yang ada

Semakin pekat,sang asistenpun tak percaya akan keberhasilan jalan pulang,angin ,gelombang jadi tak ada kasian,305 banyak berceceran,lambung mulai tak kuasa menahan gelombang.

Pengalaman memang jadi panduan,terombang ambing,lambung kanan tak kuasa menahan dentuman,senyum mentari terlihat samar2bagai mukjizat matahari terlihat lagi.

Dermaga menyambut kami,kabar2 akan korban para penolong pada berdatangan,3 cruw 10 penumpang berguguran ,37 luka2 yang alinya selamat tanpa kesakitan

Suara2,tulisan mengelu2kan sang kapitan, atas keberhasilan,bagi awam inilah pahlawan,tp bagi sebagian bukan,ini adalah kesalahan beesar,merenggutut beberapa korban.

Di waktu sidang yang di tentukan,maka terkuaklah kejumawaan merasa jadi Tuhan sang komandan,satu persatu bukti di perlihatkan,penyangkalanpun tak ada ,nurni yang meruntuhkan tembok nama baik dan kesombongan.meratap pedih bahwasanya masih daging yang di beri seragam

Siapa saya itulah pertanyaanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun