Konflik buruh sering dipicu persoalan upah. Hal ini seolah menjadi problem abadi perburuhan di seluruh negeri. Kalau kita perhatikan, penggunaan tolok ukur dalam pemberian upah buruh  hari ini tidak tepat. Patokan living cost atau biaya hidup terendah yang lantas kita kenal dengan istilah upah minimun sungguh mengganggu nurani dan akal sehat.Â
Maknanya, upah yang buruh dapatkan 'hanya' sekadar untuk mempertahankan hidup alias pas-pasan. Upah mereka habis untuk memenuhi kebutuhan dasar yang kadang-kadang juga masih kurang. Kebutuhan pangan, rumah atau tempat tinggal, dan pakaian yang layak. Juga kebutuhan pendidikan, Kesehatan, serta keamanan. Seluruh kebutuhan dasar itu menjadi beban pundak individu per individu. Kalau begini caranya, kapan mereka sejahtera?
Butuh Alternatif
Â
Realitas bobrok dalam kapitalisme ini harus dipahami oleh kaum buruh, lalu diubah menjadi realitas yang lebih baik dengan sistem alternatif. Terlebih, mayoritas buruh di negeri ini adalah kaum muslim. Sudah selayaknya mereka mengembalikan segala persoalan kepada Islam.
Islam memiliki perspektif yang khas mengenai konsep perburuhan dan tata Kelola ekonomi. Ini bukan taraf wacana, melainkan pernah terbukti penerapan Islam dalam mengatur keduanya dengan pengaturan yang sahih dan terbukti menyejahterakan selama periode yang berbilang abad lamanya.
Perlu diketahui, dalam khazanah Islam, kesejahteraan buruh adalah tanggung jawab negara, sebagai kesejahteraan rakyat lainnya. Menyejahterakan buruh juga bukan tugas pengusaha atau perusahaan dimana buruh bekerja, bukan. Pengusaha juga rakyat. Kedudukannya sama di mata Islam. Mereka juga dijamin kesejahteraannya. Perspektif ini mungkin janggal bagi penganut kapitalisme, namun begitulah Islam memandang.
Negara dalam perspektif Islam memiliki tanggung jawab menyejahterakan rakyat melalui jaminan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal, serta kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Negara memiliki kekuasaan dan wewenang untuk mengatur melalui berbagai regulasi, dan mengurus rakyat melalui mekanisme sesuai hukum syarak. Bukti-bukti implementasinya dapat dibaca melalui sejarah. Sekaligus membuka mata bahwa Islam memang layak dijadikan alternatif  bagi siapa saja yang masih meragukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H