Mohon tunggu...
Pipit Agustin
Pipit Agustin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seniman Tepung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PBB dan Mitos Perdamaian Dunia

24 Februari 2023   18:11 Diperbarui: 24 Februari 2023   18:18 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perserikatan Bangsa-Bangsa berikut piagamnya memang tidak sempurna, dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini. Namun demikian piagam PBB itu dimaksudkan sejak awal sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktek-praktek biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia. Karena itu, piagam PBB, dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fikih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis."

Pernyataan di atas adalah kutipan sebagian dari rekomendasi salah satu ormas islam saat memeringati seabad usianya beberapa waktu lalu. Pernyataan di atas mengundang tanya. 

Jika umat Islam menjadikan PBB dan piagam PBB sebagai dasar untuk membangun fiqih peradaban yang baru, kira-kira fiqih peradaban macam apakah yang akan terbentuk? Sebab faktanya, PBB gagal mengakhiri perang yang berkecamuk di berbagai belahan dunia sejak lembaga itu didirikan. Dan Faktanya lagi, peradaban manusia hari ini jauh dari kata damai dan harmonis.

"Perdamaian perdamaian, Perdamaian perdamaian, Banyak yang cinta damai, Tapi perang makin ramai..."

Cuplikan nyanyian qosidah era 80-90an itu benar adanya. Nyanyian yang seusia PBB, sang lembaga perdamaian dunia. Namun nyatanya,  perang seolah menjadi 'teman' kehidupan umat manusia sejak zaman dahulu kala. Bahkan hingga hari ini, perang fisik adu senjata masih terus berlangsung, seperti yang terjadi di Ukraina. 

Belum lagi perang Israel-Palestina yang telah berlangsung  hampir delapan dekade. Belum lagi kejahatan rezim dictator Cina atas umat islam Uyghur, lalu muslim Myanmar, muslim India, dll. Kediktatoran rezim berkuasa dan perang telah menambah panjang daftar konflik antarnegara dan menambah berat upaya perdamaian dunia yang menjadi cita-cita umat manusia. Lantas, mana hasil 'kerja' PBB itu? Jangan-jangan hanya mitos belaka.

Menilik sepak terjang PBB ini, dapat diketahui bahwa seluruh negeri 'diperintah' olehnya, termasuk negeri-negeri muslim. PBB ibarat 'pusat kepemimpinan' global semua negara di dunia sehingga 'wajib' hukumnya merujuk ke sana. Inilah mantera yang ditiupkan ke semua negara agar mereka percaya mitos-mitosnya. 

Dunia islam yang makin tertimbun sekularisme akan dengan mudah terpengaruh oleh mantera PBB. Tak heran, ada sebagian kalangan dari kaum muslim yang lantas 'beriman' kepada 'risalah' PBB di atas keimanan kepada risalah Nabi Saw, yakni Al-Qur'an dan hadis.

Bukannya menuduh, namun nampaknya kalangan ini melupakan pesan Baginda Rasulullah Saw. dalam sebuah hadist riwayat Bukhari.

Dari Abu Sa'id RA,"Bahwa Nabi SAW bersabda, "Kalian sungguh akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak kalian pasti akan tetap mengikuti mereka.' Kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, (apakah yang baginda maksud itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

Mereka juga seolah lupa perkataan Imam Syafi'i, radhiyallhu 'anhu, "Suatu pendapat tidaklah menjadi keharusan (berlaku mengikat) dalam setiap-tiap kasus, kecuali berdasarkan Kitabullah atau Sunnah Rasul-Nya SAW, dan apa saja selain keduanya [haruslah] mengikuti keduanya (Kitabullah atau Sunnah Rasul-Nya)."

Dan apakah mereka benar-benar tidak memahami firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Annisa ayat 60, "Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari taghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya."

Dari sini sudah amat terang benderang, bahwa PBB bukanlah sumber hukum yang rekomended bagi umat Islam secara syar'i. Belum lagi kalau ditelisik sejarah lahirnya PBB adalah aliansi negara-negara Kristen Eropa untuk melawan Kekhalifahan Islam yang menyebarkan dakwah ke Eropa, tanah kelahiran mereka. Kebencian mereka terhadap Islam begitu mendarah daging akibat semangat keagamaan yang bodoh dalam diri mereka. 

Dengan semangat itu pula, mereka menggunakan cara-cara keji untuk memerangi kaum muslimin di Andalusia, Yunani, dan Negeri-negeri Turkistan lainnya. Semestinya, umat Islam mengetahui hal ini. Sungguh memalukan jika kaum muslim dan negeri muslim turut bergabung dalam aliansi jahat semacam PBB.

Oleh karenanya, dibutuhkan kesadaran politik global agar kaum muslim bisa keluar dari timbunan pemikiran sekuler yang Barat timpakan kepada umat Islam. Kesadaran politik itu adalah dengan mengkaji islam secara kafah melalui pembinaan yang intensif dan terarah untuk tujuan mengembalikan eksistensi khilafah. 

Khilafahlah sejatinya kepemimpinan global yang representatif bagi umat islam di seluruh benua, melintasi gurun dan samudera, dan terbukti kapabel mewujudkan perdamaian hakiki belasan abad lamanya.

Banyak bukti yang mengungkap kesuksesan Khilafah Islam mewujudkan perdamaian umat manusia. Melansir dari literasiislam[dot]com (29-6-2022) yang mengutip Al Hassani ST. 2012. 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization. National Geographic Books yang menuliskan pengakuan pengusaha wanita dan sejarawan Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard Corporation pada saat itu. Pada pertemuan seluruh manajer perusahaan tersebut di seluruh dunia, pada 26 September 2001, Carly Fiorina menyampaikan:

"Pernah ada suatu peradaban yang merupakan peradaban terbesar di dunia. Peradaban itu mampu menciptakan negara super-benua yang membentang dari laut ke laut dan dari iklim utara ke daerah tropis dan gurun. Di dalam dominasinya hidup ratusan juta orang, dari berbagai kepercayaan dan etnis."

"Salah satu bahasanya menjadi bahasa universal sebagian besar dunia, jembatan antara rakyat di ratusan negeri. Pasukannya terdiri dari orang-orang dari banyak negara, dan perlindungan militernya memungkinkan tingkat kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah diketahui sebelumnya. Jangkauan perdagangan peradaban ini meluas dari Amerika Latin ke Cina, dan dimanapun di antara keduanya."

"Peradaban ini sangat didorong oleh penemuannya. Arsiteknya merancang bangunan yang melawan gravitasi. Matematikawannya menciptakan aljabar dan algoritma yang memungkinkan pembuatan komputer, dan enkripsi. Para dokter memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Para astronom memandang ke langit, menamai bintang-bintang, dan membuka jalan untuk perjalanan ruang angkasa dan penjelajahan. Para penulisnya menciptakan ribuan cerita. Kisah-kisah keberanian, romansa, dan keajaiban. Para penyairnya menulis tentang cinta, ketika orang lain sebelum mereka terlalu tenggelam dalam rasa takut untuk memikirkan hal-hal seperti itu."

"Ketika negara-negara lain takut dengan pemikiran, peradaban ini berkembang pesat pada mereka, dan membuat mereka tetap hidup. Ketika banyak yang mengancam untuk menghapus pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban ini membuat pengetahuan itu tetap hidup, dan meneruskannya kepada orang lain. Sementara peradaban Barat modern memiliki banyak ciri-ciri ini, peradaban yang saya bicarakan adalah dunia Islam dari tahun 800 hingga 1600, yang meliputi Kekaisaran Ottoman dan pengadilan Baghdad, Damaskus, dan Kairo, serta para penguasa tercerahkan seperti Suleyman yang Agung.

Meskipun kita sering tidak menyadari hutang kita kepada peradaban ini, pemberiannya merupakan bagian dari warisan kita. Industri teknologi tidak akan pernah ada tanpa kontribusi ahli matematika Arab."

Sungguh, kemajuan peradaban Islam dengan khilafahnya merupakan bukti nyata keagungan peradaban manusia, baik muslim maupun nonmuslim. Umat Islam tidak membutuhkan risalah baru untuk mewujudkan perdamaian dunia. Justru umat Islam harus kembali pada jalan para pendahulu mereka, yakni mengikuti Rasullullah, Khulafaur rasyidin, dan para khalifah sesudah mereka yang mengikuti manhaj kenabian. Umat islam membutuhkan khilafah untuk  mengakhiri perang yang amat merusak dan praktek-praktek biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah penerapan sekularisme kapitalis dan komunis atas umat manusia di dunia. Wallahua'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun