Mohon tunggu...
Si Preman Pram
Si Preman Pram Mohon Tunggu... -

call me pram, menempuh jalan kemandirian, jalan entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money

Pelajaran Keberanian dari Haji S

21 Oktober 2012   02:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gara2 ribut surat kaleng di Kompasiana,  jadi alpa menulis deh. Padahal tempo hari sudah mulai lancar. Bahkan sudah pernah 2x dalam sehari. Sekarang mulai menulis lagi jadi berat. Ibarat puasa, sekali terputus memulainya lagi jadi lebih berat ya. Akhirnya saya memutuskan untuk take a break dari konflik2 dan memutuskan untuk mulai menulis lagi.

Tokoh pak Haji S ini, sudah pernah aku singgung di posting beberapa waktu yang lalu. Jika ada satu orang yg memiliki keberanian luar biasa di bidang entrepreneurship, maka pak Haji ini adalah nominasi unggulanku. Unggulan lainnya adalah bapakku. Keduanya setingkat keberaniannya. Bedanya akan kita bahas lain kali. Kita fokus saja pada pak Haji S ini dulu.

Keberanian adalah salah satu ciri paling penting dari seorang entrepreneur. Keberanian juga bersifat variatif. Ada yang punya sedikit. Ada yang punya extra banyak. Beliau ini extra-nya luar biasa. Bagaimana luar biasanya?

1. Beliau memulai usaha bermodal nol. Tidak sampai 100rb jaman dulu, boleh kita anggap nol saja ya. Memulai berbisnis dari pertanian (tanam padi) dan supply pupuk ke petani. Lalu nekat menggadaikan sertifikat tanah ortu ke bank utk membiayai expansi usaha pupuknya. Beliau butuh modal utk merebut posisi vendor utama di sebuah pabrik pupuk. Berhasil.

2. Karena punya supply pupuk yg kuat, beliau masuk bisnis tebu. Dia sewa dan beli tanah sebanyak2nya. Berhasil. Setiap panen tebu, dia menikmati hasil hingga ratusan juta. Ini masih kecil.

3. Untuk mendukung usaha pupuknya, dia mendirikan peternakan ayam. Tidak tanggung2. Empat ratus ribu ekor sekaligus bersistem closed house (yg tahu, pasti tahu biayanya berapa milyar sistem seperti ini). Ini sudah mulai besar. Darimana modalnya? terus terang, sifatnya black. Mainin agunan di bank.

4. Eh peternakan ayamnya gagal. Duitnya dibawa kabur akuntan-nya. Hilang 8M sekaligus. Roboh deh peternakan ayamnya. Padahal dia baru membangun RPA besar (rumah potong ayam).

5. Tidak sampai kolaps. Beliau kebetulan sudah mendirikan pabrik pupuk sendiri. Dijualnya utk menutupi kerugian. Pabrik yang dibangun dgn biaya 12 M, berhasil dilepas 24M. Tertutuplah kerugian. Sisanya dia pakai spekulasi beli tanah, hasil informasi dari dalam (ini dirty trick ya, tidak boleh ditiru, tapi kita ikuti saja ceritanya dulu). Dalam waktu beberapa bulan saja, hasilnya menjadi lipat dua. Alias beberapa puluh milyar.

6. Sekarang beliau masuk ke bisnis pupuk lagi. Jadi lihat ya, pada langkah ke 3 dia harus lepas bisnisnya. Pada langkah ke 6 dia berhasil masuk bisnis yg sama dengan modal jauh lebih besar.

Banyak pelajaran keberanian disitu. Adakalanya kita harus melepas bisnis utama, utk kemudian masuk lagi dengan persiapan yg lebih baik. Juga keberanian menggunakan sertifikat ortu sebagai jaminan. Kadang2 kita perlu mundur dulu untuk maju.

Pak Haji S tsb pernah bercerita, beban yg dia tanggung sungguh berat sekali. Pernah dalam sebulan bunga kredit yg harus dibayar hampir 500jt sendiri. Sebulan itu. Sampai seringkali jantungnya berdetak kencang sekali tanpa sebab. Tidurpun sampai perlu minum pil tidur beberapa butir sekaligus setiap hari. Stress berat ya. Saya pribadi tidak akan sanggup hehehe...

Tapi sekarang masa-masa seperti itu sudah lewat. Beliau hidup makmur, tiap tahun umroh. Sudah haji berkali-kali. Dan masih muda lho. Baru 40-an lebih sedikit. Mobilnya banyak. Truknya banyak. Tanahnya berlimpah dimana-mana.

Sebetulnya saya tidak terlalu suka menyampaikan success story spt ini. Tapi utk mengawali menulis setelah absen beberapa waktu, biarlah buat selingan. Jangan diambil sisi2 negatifnya. Ambillah pelajaran positifnya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun