Gara-gara komen di FB nya Galausiana, jadi pingin menjelaskan sedikit tentang istilah yang saya pakai disana.
Istilah tersebut adalah 'gagal tumbuh'. Jadi ceritanya, beberapa tahun yang lalu, pernah kalau tidak salah dua-tiga kali usaha kami mengalami 'gagal tumbuh'. Saya berikan tanda petik karena pada akhirnya usaha kami  tetap tumbuh, tapi tidak semaksimal seharusnya. Momentumnya bagus. Tapi tidak termanfaatkan dengan maksimal.
Kenapa terjadi demikian? Berikut sebab-sebabnya:
1. Karena ketidaksiapan management. Order datang membludak, tidak mampu tertangani dengan baik oleh perusahaan kami. Akhirnya customer banyak yg lari. Jadi disinilah rumitnya berbisnis. Kita harus selalu siap (baik ketika terjadi lonjakan maupun penurunan). Karena kesempatan seperti itu tidak selalu datang dua kali. Bahkan seringkali hanya datang sekali. Ketika sudah terlewat, susah sekali menciptakannya kembali.
2. Ketidakberanian Berinvestasi. Kegiatan investasi adalah kegiatan beresiko. Beli server yg handal misalnya (kasusnya Kompasiana) pastilah memiliki resiko sendiri. Sudah beli server mahal-mahal, kalau nanti Kompasiana sepi bagaimana, kan mubadzir? Atau kalau kasus saya pribadi, mau nambah armada tidak nih? Demand sepertinya naik. Tapi tidak berani nambah armada. Ya sudah, momentumnya diembat kompetitor kan? Masing-masing keputusan ada resikonya. Tugas entrepreneur lah untuk mengambil keputusan terbaik, baik utk jangka pendek maupun jangka panjang.
Dua sebab 'gagal tumbuh' diatas sudah cukup untuk menjelaskan pengertiannya kan? Point-nya adalah selalu ada resiko dari setiap aktivitas seorang entrepreneur. Baik ketika memutuskan utk melakukan sesuatu, ataupun justru ketika tidak melakukan apa-apa. Maka tugas terpenting seorang entrepreneur adalah memutuskan kapan perlu melakukan sesuatu dan kapan tidak perlu melakukan sesuatu.
Salam entrepreneur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H