Mohon tunggu...
Preditha DyahPramesti
Preditha DyahPramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication science 20

life for laugh

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Muslim di Australia

20 Desember 2022   21:00 Diperbarui: 20 Desember 2022   21:06 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun 2018 silam, saya berkesempatan mengunjungi negara kangguru. Negara yang terkenal dengan multikulturalisme karena dihuni dari berbagai macam ras dan orang dari manca negara. Namun, suku asli mereka hanya 4% diantara semua yang menghuni Australia. Nama suku aslinya adalah Suku Aborigin, suku yang sangat unik dan memiliki bahasanya sendiri. 

Mengunjungi Australia adalah salah satu impian saya dari SMP dan Alhamdulillah terwujud ketika saya menduduki bangku kelas 1 SMA karena kebetulan saya sekolah di islamic boarding school dan saat itu mengadakan social and cultural visit ke Australia.                   

Singkat cerita, sampailah saya di Melbourne. Kami menginap di salah satu apartment di pinggiran kota yang letaknya lumayan jauh dari pusat kota. Next day kami mengunjungi universitas dan perjalanan yang kami tempuh menggunakan Tram. 

Di tram, kami yang notabenenya menggunaka hijab dan saat itu bergerombol membuat beberapa bule menjauhi dan menghindari kita. Sangat terlihat mereka sedikit khawatir dan takut akan keberadaan kami. Mungkin hijab dan islam masih asing bagi mereka kala itu dan beberapa dari mereka banyak mendengar dari beberepa prespektif yang salah. 

Next daynya lagi, saya mengunjungi salah satu sekolah islam yang membuat saya sangat takjub. Bagaimana tidak? di tengah masyarakat yang sangat ke western-western an ini ada sekolah islam yang besar dan semua murid perempuan menggunakan hijab. Mereka bahkan menghafal Al-qur'an, Masha Allah ditengah minoritas mereka berdiri dan bahkan sekolahnya merupakan lembaga internasional. 

Di akhir saya berkeliling saat akan pamit pulang, kami diundang kembali pada acara festival mereka yang akan diadakan seminggu kemudian. Maka guru kami menyetujui, alangkah senangnya saya bisa kembali lagi meskipun menunggu satu minggu lagi. 

Hari-hari menunggu festival tersebut kami tetap melanjutkan jadwal kunjungan-kunjungan ke beberapa universitas dan museum. Tak jarang kami juga pergi ke beberapa tempat wisata, kebun binatang bahkan kami mengunjungi sydney meski harus menggunakan pesawat dan "pulang-pergi" karena tidak ada wacana untuk menginap. OMG SYDNEYYYY Im coming... 

Sydney menarik. Pastinya. Tidak bisa digambarkan dengan banyak kata karena tidak akan cukup. Seharian disana pastinya membuat dan mencetak pengalaman baru bagi saya. Namun, di Sydney tidak ada cerita yang harus saya ceritakan sesuai tema dan judul saya pada kali ini. Jadi next cerita saja ya.

Disuatu hari sebelum saya ke sydney saya mengunjungi museum islam. Kali ini perjalanan saya tidak full menggunakan trem melainkan di tengah perjalanan saya dan rombongan berpindah menggunakan bus kota. 

Cerita menjadi muslim di negara minoritas muslimnya ini lah terjadi lagi. Saat itu saya bersama teman saya memilih bangku belakang yang kebetulan ada beberapa anak yang akan berangkat sekolah. 

Mungkin umurnya sepantar dengan anak SMP di Indonesia. Ketika saya akan duduk tiba-tiba dia mengumpat "weird" atau mungkin kaya "aneh". Lalu mereka bisik-bisik yang saya juga tidak mendengarnya. 

Namun, ada ibu-ibu yang duduk di depan mereka langsung berdiri dan mengomel. Seperti membela kami, dan memarahi anak tadi. Sungguh negara yang ramah namun hanya beberapa yang salah prespektif jadi mungkin islam dan hijab masih dianggap weird dan minor bagi mereka.

whatsapp-image-2022-12-20-at-8-24-58-pm-63a1b7b74addee22df7e1782.jpeg
whatsapp-image-2022-12-20-at-8-24-58-pm-63a1b7b74addee22df7e1782.jpeg

Museum islam yang saya kunjungi | Dok Pribadi

Namun kembali lagi, jika kita selalu berusaha menjadi orang baik maka orang-orang baiklah yang akan kita temui. Jangan takut menjadi baik, dan teruslah berbuat baik. 

Saya pernah membaca salah satu quotes "jika tidak ada orang baik di dunia ini, maka jadilah salah satunya". Menjadi muslim sangatlah indah. Islam itu indah, islam itu damai. Bersikaplah sesuai ajaran islam maka selamatlah kita. 

Day of festival dari sekolah muslim yang kemarin mengundang kami. Membuka acara dengan murid yang membaca Al-qur'an lalu di lanjut dengan beberapa makanan yang dibuat khas dari beberapa negara asal mereka. 

Alangkah kagetnya ketika ada makanan khas Indonesia dan saya dan dua teman saya di tunjuk menjadi perwakilan di stand Indonesia ini bersama beberapa teman dari sekolah itu. Sangat berkesan karena makanan yang mereka bawa ada nasi tumpeng, risol, opor , dan masih banyak lagi. 

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Ini foto yang menjadi bukti dari pengalaman yang sangat terkesan di umur saya yang masih sangat muda. Bisa keluar negeri dan bertemu banyak orang baru, cerita baru, dan pengalaman baru.


   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun