Mohon tunggu...
Predi Kasipmabin
Predi Kasipmabin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga, Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidup di Tanah Rantau

2 Desember 2024   23:45 Diperbarui: 3 Desember 2024   00:19 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah langit asing aku berdiri,
Jejak langkah tertinggal di tanah sendiri.
Rindu kampung bergema di hati,
Namun mimpi besar tak boleh mati.

Hembusan angin membawa cerita,
Tentang perjuangan dan nestapa.
Aku datang membawa asa,
Meski sunyi sering menggoda.

Tanah ini bukan tempatku lahir,
Tapi di sini kuukir takdir.
Menyulam harap di tengah deras,
Melawan takut, meski terbatas.

Kawan baru datang menyapa,
Bahasa berbeda, rasa yang sama.
Kehangatan hadir meski sementara,
Menambah semangat yang kian membara.

Bulan di atas seperti di rumah,
Mengingatkanku pada pelukan ramah.
Namun ini jalan yang kupilih,
Meski harus jauh, meski harus gigih.

Hidup rantau, hidup penuh warna,
Tertawa, menangis, semua bercahaya.
Dalam kesendirian kutemukan makna,
Bahwa kuat adalah nama kedua.

Saat pulang, kelak aku bawa,
Cerita perjuangan di tanah orang sana.
Bukan hanya mimpi yang kuraih di rantau,
Tapi diri yang lebih tahu apa itu hidup yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun