Hal tersebut membuat pihak Twitter menghentikan sejenak layanan Blue miliknya dan meluncurkannya kembali pada bulan Desember, namun dengan aturan yang lebih ketat untuk mencegah kemungkinan adanya peniruan.
Sedangkan untuk berlangganan Meta Verified, pengguna akan diminta untuk memverifikasi identitas mereka dengan memberikan salinan ID pemerintah atau tanda pengenal resmi.
Hal semacam ini kemungkinan besar untuk menghindari aksi peniruan seperti yang terjadi pada Twitter Blue di awal-awal peluncurannya.
Dimulainya program verfikasi centang biru berbayar yang dilakukan oleh Twitter dan Meta tidak lepas dari upaya kedua perusahaan teknologi tersebut untuk tetap menangguk untung.
Terlebih di tengah kelesuan eknonomi global seperti saat ini, perusahaan teknologi yang mengandalkan iklan untuk sebagian besar pendapatannya merasa harus mencari sumber uang yang baru.
Melemahnya pasar iklan juga ikut menggerus pendapatan peruasahaan, sehingga tidak mengherankan jika Twitter dan Meta mencari model pendapatan alternatif di saat seperti ini.
Celah inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif monetisasi untuk mendapatkan pemasukan, dengan memperluas spektrum verifikasi centang biru kepada pengguna yang mau membayar biaya bulanan.
Meta Verified kabarnya akan diluncurkan pertama kali di Australia dan Selandia Baru, dan nantinya diperluas ke lebih banyak negara pada akhir tahun ini.
Semoga Indonesia juga ya.