Mohon tunggu...
P. Adi
P. Adi Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta teh dan kopi yang selalu mencari kesempatan untuk menjadikan hidupnya berkat bagi orang lain.

Penulis adalah suami dari seorang istri dan ayah dari dua orang putri. Dengan latar belakang sebagai akademisi, penulis menemukan sukacita dalam membantu orang lain menemukan makna kehidupan mereka bersama Tuhan Yesus. Penulis berkomitmen kepada Tuhan Yesus untuk mengunggah tulisan yang bersumber dari kebenaran Firman Tuhan setiap hari Senin pagi dan Kamis pagi. Melalui kanal ini, penulis ingin bersama-sama membangun kehidupan yang benar didalam Tuhan Yesus!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taat Tanpa Modifikasi!

10 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari https://pixels.com/featured/obey-god-sheila-preston-ford.html?product=poster

Bacaan Alkitab:
1 Samuel 16:1-13

Latar belakang kisah ini adalah Saul sudah ditolak oleh Tuhan sebagai raja, karena Saul lebih memilih takut apa kata orang dibanding mentaati Firman Tuhan (1 Sam 15:26). Bahkan sisi narsis dan pencitraan Saul tetap diteruskan setelah Samuel menyampaikan bahwa Tuhan telah menolak Saul (1 Sam 15:30). Situasi itu membuat Samuel bersedih.

Berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ”Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.”
1 Samuel 16:1 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.1.TB

Tuhan mengetahui isi hati Samuel. Samuel merasa gagal, orang yang diurapi olehnya ternyata gagal menjalankan perannya dengan setia. Bisa jadi, Samuel mempertanyakan kompetensi nya sebagai nabi Tuhan. Bisa jadi, Samuel tidak lagi merasa layak menjadi nabi Tuhan bagi bangsa Israel. Tuhan tidak membiarkan Samuel terpuruk. Firman Tuhan datang kepada Samuel dalam bentuk sebuah perintah. Bahkan dalam bentuk sebuah perintah yang sangat berisiko, perintah untuk bersiap mengurapi raja yang baru.

Tetapi Samuel berkata: ”Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Firman Tuhan: ”Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.” Samuel berbuat seperti yang difirmankan Tuhan dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: ”Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?”
1 Samuel 16:2‭-‬4 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.2-4.TB

Respon Samuel yang dicatat Alkitab sangat menarik! Idealnya saat Firman Tuhan datang, maka seorang nabi merespon dengan 'Ya Tuhan, siap' dan segera dilakukan tanpa banyak bertanya. Tetapi Alkitab mencatat bahwa respon Samuel tidak demikian. Respon Samuel sangat natural, sangat manusiawi. Samuel merespon dengan sebuah pertanyaan tentang perintah yang sulit dan berisiko itu. Samuel bertanya "Bagaimana mungkin aku pergi?" Samuel juga menyampaikan kegentaran yang ada dalam pikirannya, "Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Memiliki relasi dengan Tuhan membuat kita bisa jujur dengan hati dan perasaan kita, tetapi tetap hidup berdasarkan perintah Tuhan, bukan dikendalikan oleh hati dan perasaan kita. Menanggapi pertanyaan Samuel, Tuhan tidak marah! Bahkan Tuhan menunjukkan kepedulian pada hati dan perasaan Samuel, Tuhan memberikan solusi atas ketakutan Samuel.

Situasi yang mirip juga terjadi pada Saul saat itu! Saul punya perasaan takut ditinggalkan bangsanya. Yang berbeda adalah respon nya. Saat rasa takut itu muncul, apa yang kita responi? Saul merespon keinginan hati dan buah pikirannya, sedangkan Samuel merespon perintah Tuhan yang datang padanya. Alkitab mencatat, setelah Tuhan berfirman memberi arahan lebih lanjut, maka "Samuel berbuat seperti yang difirmankan Tuhan." Risiko masih tetap ada dan risiko masih sama! Hanya Samuel lebih memilih taat pada apa yang Tuhan firmankan.

Jawabnya: ”Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu. Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ”Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.”
1 Samuel 16:5‭-‬6 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.5-6.TB

Samuel taat pada perintah Tuhan. Diayat 1, Tuhan spesifik mengatakan bahwa salah satu dari anak anak Isai akan diurapi menjadi Raja. Samuel taat dengan mengundag Isai dan anak anaknya untuk datang ke upacara pengorbanan itu. Kali ini Alkitab mencatat pula hal yang menarik, Samuel memiliki pikiran, pikiran jika ini tidak ditaklukkan dibawah pikiran Kristus, maka bisa jadi apa yang Samuel lakukan tidak berkenan dihadapan Tuhan. Saat Samuel melihat Eliab, pikirnya inilah raja Israel berikutnya.

Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ”Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
1 Samuel 16:7 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.7.TB

Tuhan itu peduli! Saat kita hampir membuat keputusan yang tidak seperti kehendak Tuhan, Tuhan tidak tinggal diam! Tuhan melakukan intervensi dengan memberikan arahan. Pertanyaannya, apakah kita mau peka pada arahan Tuhan? Apakah kita mau taat saat Tuhan arahkan?

Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: ”Orang ini pun tidak dipilih Tuhan.” Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata: ”Orang ini pun tidak dipilih Tuhan.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: ”Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai: ”Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: ”Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: ”Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.”
1 Samuel 16:8‭-‬11 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.8-11.TB

Samuel peka terhadap tuntunan Tuhan dan Samuel taat! Ketaatan Samuel saat itu menempatkan Samuel dan Isai dalam situasi yang awkward. Barisan anak Isai yang dihadirkan sudah habis. Tapi tidak ada yang Tuhan pilih. Samuel bisa saja berpikir 'jangan jangan saya salah mendengar suara Tuhan tentang mana yang harus dipilih'. Tetapi Samuel dengan tegas berkata: Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai: ”Inikah anakmu semuanya?” Samuel tahu, Tuhan tidak pernah salah. Jika yang hadir di depan mata tidak sama dengan yang Tuhan arahkan, maka ada yang salah dengan yang tampil di depan mata Samuel. Bukan Tuhan yang salah, tetapi kita yang harus berupaya melakukan kehendak Tuhan. Saat Samuel dengan tegas mengatakan apa yang menjadi firman Tuhan, Samuel menemukan fakta bahwa memang benar ada anak Isai yang belum hadir,  ”Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.”

Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman: ”Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
1 Samuel 16:12‭-‬13 TB

https://bible.com/id/bible/306/1sa.16.12-13.TB

Setelah Daud tiba, bukan Samuel yang berinisiatif mengurapi Daud hanya karena berpikir bahwa ini adalah anak yang terakhir, maka pasti ini yang harus diurapi. Tetapi Tuhan berfirman: ”Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Baru kemudian Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud. Ketaatan Samuel kedepan membuat bangsa Israel memiliki raja yang membawa Israel pada kejayaannya.

Hal yang bisa kita pelajari dari kisah ini:
1. Relasi dengan Tuhan membuat kita bisa jujur dengan hati dan perasaan kita, tetapi hidup berdasarkan arahan Tuhan, bukan dikendalikan oleh hati dan perasaan kita.
2. Perlu upaya aktif dari kita untuk mau mendengarkan dan taat pada Tuhan.
3. Saat fakta tidak sama Firman Tuhan, maka Firman Tuhan yang benar. Taati Firman dan fakta akan mengikuti! Jangan sebaliknya, memodifikasi Firman Tuhan disesuaikan dengan fakta yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun