Meski istri sah Bung Karno, Fatmawati bersikeras menolak untuk di madu, Bung Karno pantang mundur untuk kawin dengan Hartini. Saat itu, umur Hartini masih 28, sementara Sukarno sudah kepala lima.
Hartini akhirnya dinikahi oleh Bung Karno pada 7 Juli 1953 di Istana Cipanas, Jawa Barat. Usia keduanya terpaut 23 tahun. Bertindak sebagai wali nikah adalah kepala pasukan pangawal pribadi presiden, Mangil Martowidjojo.
Baca juga : Ganjar Pranowo, Bung Karno, dan Mbah Moen
Mengetahui kabar tersebut, Fatmawati merasa begitu dongkol bukan kepalang, hingga ia memutuskan angkat kaki dari Istana Negara. Ia memilih tinggal di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan.
Meski demikian, Fatmawati tidak bisa mendapat hak cerai dari Sukarno yang sudah terlanjur menikah dengan Hartini. Bagaimanapun, Fatmawati adalah ibu dari lima anak pertama Sukarno. Apa yang terjadi setelahnya adalah Fatmawati tetap jadi first lady (ibu negara).
Tidak hanya terbagi dua, Cinta Sukarno ternyata terbagi lebih dari itu. Birahi laki-laki kelahiran Surabaya ini memang begitu tinggi. "I need sex everyday," kata Sukarno pada suatu kali kepada Cindy Adams, penulis autobiografinya.
Menikahi Ratna Sari Dewi
Beberapa bulan setelah pertemuan di Tokyo itu, Sukarno mengundang Naoko ke Indonesia. Naoko datang ke Jakarta pada 14 September 1959 dan diterima dengan hangat.
Hubungan keduanya pun bertambah dekat. Dan akhirnya, pada 3 Maret 1962, Bung Karno menikahi Naoko. Naoko pun memeluk Islam, dan, seperti diungkapkan Rhien Soemohadiwidjojo dalam buku Bung Karno Sang Singa Podium (2013), namanya diganti menjadi Ratna Sari Dewi.
Bung Karno bertemu Hayati