Tatapan matanya fokus pada kapan lampu merah akan berubah menjadi hijau. Sehingga, dia kembali boleh melanjutkan perjalanan, yang seudah dekat dengan tujuan: Masjid Gede, Yogyakarta.
Masjid Gede Yogyakarta menjelang buka puasa adalah oase kuliner yang sebenarnya. Setiap setengah lima, ada agenda pengajian menunggu buka puasa. On time. Karena pengajian itu disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia. Yang menjadi penceramah biasanya para tokoh lokal. Kadang dosen, kadang guru, kadang entah apa.Â
Tapi, umumnya penceramah memiliki profesi untuk menopang kebutuhan sehari-hari. Sehingga, tidak menjadikan ceramah sebagai mata pencaharian, melainkan sebagai dakwah-pengabdian kepada Tuhan.
Di situlah Saridin menghabiskan sorenya: buka puasa di masjid Gede. Dengan membawa uang Rp. 500 untuk infaq parkir, dia menghadiri pengajian. Bonusnya: nasi bungkus, kadang lauk telor rebus dan kuah kental, kadang nasi rames dengan ayam. Ditambah 1 gelas kecil motif belimbing teh hangat yang dituang langsung dari teko alumunium. Sehingga tidak perlu heran, jika jamaah pengajiannya adalah tukang becak, pekerja pasar, pedagang asongan, pedagang kecil, dan orang-orang yang lalu-lalang.
Jika bosan buka puasa di Masjid Gede, Saridin memiliki tempat tujuan lain: Masjid Kampus UGM, dan Masjid Syuhada di Kota Baru. Kalau di masjid UGM, biasanya sekalian sholat tarawih. Karena, penceramahnya selalu keren, Bestie. Seperti halnya penceramah tarawih pada tahun ini. Masjid Kampus UGM mengundang semua tokoh potensial Calon Presiden 2024 untuk mengisi ceramah. Beruntun, setiap hari. Selama sekian hari.
Kembali ke Masjid Gede, setiap agenda ceramah, selalu disediakan waktu bagi beberapa orang yang ingin mengajukan pertanyaan. Waktu itu menjelang lebaran.Â
Sebuah ormas Islam sudah menghitung dengan metode tertentu yang menentukan bahwa idul Fitri jatuh pada hari A. Sedangkan kalender menunjukkan Idul fitri jatuh pada hari B. Dan hari B itulah kemungkinan besar Idul Fitri versi pemerintah.Â
Lantas, ada seorang kakek yang mengacungkan jari, untuk bertanya. Setelah dipersilakan, Beliau bertanya tentang perbedaan hari raya itu, dan diakhiri dengan sebuah kalimat yang mengejutkan Saridin,"Kalau Muhammadiyah lebaran hari Senin dan pemerintah hari Selasa. Lantas, Ngarso dalem lebaran hari apa?"
Tentu maksudnya, Beliau akan mengikuti Ngarso Dalem.* (Bersambung ke seri 4)Â
05/04/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H