Mohon tunggu...
Prayogi R Saputra
Prayogi R Saputra Mohon Tunggu... Dosen - I am Nothing

I am nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ber-Islam ala Cak Nun

19 November 2016   23:41 Diperbarui: 19 November 2016   23:54 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika boleh dideskripsikan, waktu itu Cak Nun muda adalah seorang “Pencari” dan Umbu memberikan metode-metode –mungkin dengan disadari atau tidak- yang membantu Cak Nun muda menjalani pencarian itu, tanpa mengarahkan akan menemukan apa. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Cak Nun menirukan Umbu,”Orang mengalami pencarian mungkin pada usia 17 tahun, 25 tahun atau saat menjelang ajalnya dan baru menyadari apa sejatinya hidup ini. Dan N (panggilan Umbu untuk Cak Nun) telah selesai itu semua pada umur 17-18 tahun”.

Kelak, “pendidikan ala Umbu” ini sangat kuat mewarnai corak pemikiran Cak Nun. Hal inilah yang membuat pemikiran-pemikiran ke-Islaman Cak Nun orisinil. Pengalaman-pengalaman hidup menempa dirinya untuk membuka dimensi-dimensi baru bagi pemikiran Islam. Wilayah-wilayah yang dulunya tak terjamah bahkan tabu untuk dimasuki. Cak Nun memiliki peluang untuk bergerak bebas karena dia tidak berada di dalam wacana pemikiran-pemikiran Islam yang dikembangkan oleh para Sarjana atau pun para pemikir Islam baik di Pakistan dan Afghanistan,  Timur Tengah maupun Afrika Utara yang menjadi referensi utama Islam.

Menemani Para Pencari

Poin paling utama dari Pemikiran Cak Nun adalah Menemani Para Pencari. Cak Nun berperan besar dalam membuka kunci pencerahan, mengulur-mengembang cakrawala ilmu dan menginisiasi kesadaran Tauhid kepada para pencari  Tuhan. Bisa jadi, kecenderungan ini tumbuh dari pengalaman pribadinya bersama Umbu Landu Paranggi. Maka, kecenderungan untuk menemani Para Pencari menjadi ekosistem  bawah sadar. Hal ini dibuktikan dengan “Orang Maiyah” yang pada umumnya tidak menerima dan tidak diterima doktrin-doktrin cara ber-Islam yang secara umum ada.

Kegelisahan pencarian ini kemudian menemukan oase-nya pada pemikiran-pemikiran Cak Nun. Pemikiran Cak Nun lebih responsif  menemani Para Pencari dibandingkan dengan doktrin-doktrin agama pada umumnya. Hal ini bisa jadi  karena pendekatan Cak Nun yang berangkat dari persoalan dan bersifat personal.

Misalnya, sebagai salah satu pondasi keilmuwan Islam adalah Tauhid. Berbeda dengan doktrin ulama pada umumnya yang memperkenalkan Tauhid sebagai pengetahuan atau knowledge,  Cak Nun memperkenalkan Tauhid sebagai pengalaman personal. Cak Nun menginstall mesin pencari pada kesadaran seseorang sehingga dia akan aktif bergerak sendiri untuk menemukan apa yang dia butuhkan. Dan, “Terserah Allah”. Cak Nun bukan penganut anthroposentris. Dia sepenuh-penuhnya Tuhan-sentris.  Pendekatan ini merupakan sintesa dari metode tasawuf dan knowledge.

Tasawuf memperkenalkan Tauhid hanya sebagai pengalaman personal yang “tidak diizinkan” untuk dideskripsikan dan peredarannya dibatasi hanya pada hubungan guru dan murid yang telah dibai’at. Sementara Tauhid sebagai pengetahuan sangat mungkin hanya berhenti sebagai pengetahuan. Cak Nun men-sistesa-kan keduanya dengan cara yang memikat. Cak Nun “membuka rahasia” kaum sufi di hadapan khalayak ramai sehingga setiap orang bisa mengakses kearifan tasawuf tanpa perlu menjadi anggota salah satu kelompok thoriqot. “Tidak boleh ada siapa pun yang berada diantara manusia dan Tuhannya.” Cak Nun juga dikaruniai kharisma untuk menggugah hati, mencerahkan akal dan “menundukkan kucing liar”.

Menjelajahi Islam, Membuka Dimensi

Orisinalitas Cak Nun dalam gagasan dan pemikiran Islam nampak jelas dari pendekatan-pendekatan yang digunakan. Dalam satu hal, gagasan Cak Nun boleh dibilang “dekat” dengan Neo-Modernis. Pada kesempatan lain, Cak Nun siyap memberikan perlindungan kepada Ust. Abu Bakar Baasyir yang diidentikkan dengan fundamentalis di kediamannya.

Di lain waktu, Cak Nun bersama dengan Ibu-ibu Nahdliyin di desa-desa bersholawat bersama-sama menyampaikan kerinduan dan cinta kepada Rosulullah Muhammad. Pada waktu yang lain lagi, Cak Nun memberikan ceramah di Universitas Muhammadiyah atau dikunjungi para elit partai yang dikesankan turunan dari paham salafi atau wahabi. 

Hari berikutnya, Cak Nun dituduh penganut Syiah. Dimasa sebelumnya, Cak Nun mendatangi orang yang mengaku dirinya Nabi. Betapa sikap dan perilaku Cak Nun membuat mentah kategori-kategori, membatalkan teori dan menghancurkan pemikiran yang telah dikonstruksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun