Beberapa tahun terakhir, terjadi lonjakan penggunaan ekstasi di kalangan remaja, yang memicu kekhawatiran di masyarakat dan di antara para profesional kesehatan. Ekstasi, atau yang dikenal dengan methylenedioxymethamphetamine, sering kali terkait dengan budaya pesta dan perilaku hedonis. Sayangnya, banyak pengguna yang sering kali mengabaikan dampak buruknya terhadap kesehatan mental dan fisik mereka.
Menurut informasi terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar pada tahun 2018 (dari 13 ibu kota provinsi di Indonesia) mencapai 2,29 juta orang. Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berusia antara 15-35 tahun, yaitu generasi milenial. Penggunaan zat tersebut dapat menimbulkan berbagai efek samping, seperti gangguan suasana hati, kecemasan, dan bahkan kerusakan permanen pada otak. Para ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa remaja yang mengonsumsi ekstasi berisiko tinggi mengalami masalah psikologis jangka panjang.
Ekstasi, yang juga dikenal sebagai 3,4 methylenedioxymethamphetamine (MDMA), adalah salah satu obat terlarang yang paling terkenal di kalangan remaja dan orang orang muda. Obat ini sering kali terkait dengan budaya pesta, di mana para pengguna mencari pengalaman euforia dan keterhubungan emosional. Namun, di balik kesenangan yang dirasakan, ada sisi gelap yang sering kali dilupakan, yaitu perilaku menyimpang yang dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik.
Pengguna ekstasi yang tidak mau disebutkan namanya"Awalnya, saya cuma penasaran karena semua teman di kampus sering membicarakan ekstasi, dan banyak dari mereka bilang itu bikin mereka merasa bahagia dan lebih terhubung dengan orang lain. Saat di satu pesta, saya lihat banyak orang tampak sangat menikmati suasana, dan saya pun jadi ingin merasakan hal yang sama."
Ada beberapa faktor dilapangan yang mendorong peningkatan penggunaan ekstasi di kalangan remaja, antara lain:
- Budaya Pesta: Acara musik dan pesta malam menjadi lokasi yang populer bagi remaja untuk mencoba ekstasi, di mana mereka seringkali terpajan pada tekanan dari teman sebaya untuk ikut serta.
- Kurangnya Edukasi: Banyak remaja tidak memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko dan dampak negatif dari penggunaan ekstasi. Informasi yang salah atau kurang sering kali membuat mereka meremehkan bahaya yang mungkin terjadi.
- Ketersediaan: Ekstasi relatif mudah didapatkan, baik melalui jaringan sosial maupun di tempat hiburan.
"Ya, setelah beberapa kali menggunakannya, saya mulai merasakan efek samping. Saya sering merasa cemas dan sulit tidur. Kadang-kadang, suasana hati saya menjadi sangat tidak stabil. Saya juga merasa bahwa saya menjadi lebih tergantung pada ekstasi untuk bersenang-senang." Ujar pengguna ekstasi
Penggunaan ekstasi dapat menyebabkan berbagai efek samping yang serius. Beberapa di antaranya adalah:
- Gangguan Kesehatan Mental: Penggunaan ekstasi dapat memicu masalah kecemasan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya. Para pengguna sering mengalami perubahan suasana hati yang signifikan setelah penggunaan, dan perubahan ini dapat berlangsung bahkan setelah efek obat hilang.
- Kerusakan Fisik: Efek jangka panjang dari penggunaan ekstasi dapat termasuk kerusakan otak, terutama pada bagian yang mengatur emosi dan memori. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan secara berulang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
- Perilaku Berisiko: Para pengguna ekstasi cenderung terlibat dalam perilaku berisiko, seperti hubungan seksual yang tidak aman dan penyalahgunaan zat lainnya. Hal ini tidak hanya membahayakan kesehatan mereka, tetapi juga dapat mengancam keselamatan orang lain.
Dalam menghadapi meningkatnya masalah penyalahgunaan ekstasi di kalangan remaja, sangat penting untuk menekankan bahwa peran masyarakat dan keluarga memiliki dampak yang signifikan. Oleh karena itu, edukasi mengenai bahaya narkoba perlu ditingkatkan secara menyeluruh.Â
Ini dapat dilakukan baik melalui program-program di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan remaja, termasuk menjalin komunikasi yang terbuka dan mendukung, dapat berfungsi sebagai langkah pencegahan yang efektif. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda.
Menyelami kegelapan ekstasi dan perilaku menyimpang yang muncul di kalangan pemuda sangat penting untuk memahami dan menangani masalah ini secara menyeluruh. Edukasi yang efektif, kesadaran yang tinggi, dan dukungan yang kuat dari masyarakat dan keluarga dapat menjadi kunci utama dalam menurunkan jumlah penyalahgunaan ekstasi yang semakin meningkat.Â
Dengan memahami risiko dan dampak negatif yang mungkin muncul akibat penggunaan zat berbahaya ini, diharapkan generasi muda bisa membuat pilihan yang lebih bijak dan sehat untuk masa depan mereka yang lebih cerah dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H