Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan penggunaan ekstasi di kalangan remaja, yang menimbulkan kekhawatiran di masyarakat dan di antara para profesional kesehatan. Ekstasi, yang juga dikenal sebagai MDMA, sering kali terkait dengan budaya pesta dan perilaku hedonis. Namun, dampak negatifnya terhadap kesehatan mental dan fisik sering kali diabaikan oleh para penggunanya.
Menurut data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN), angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial. Penggunaan zat ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, seperti gangguan mood, kecemasan, bahkan kerusakan permanen pada otak. Para ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa remaja yang menggunakan ekstasi berisiko tinggi mengalami masalah psikologis yang berkepanjangan.
Sedangkan Kasat Narkoba Polresta Banyuwangi, Kompol M. Khoirul Hidayat, mengungkapkan pada Senin, 25 Maret 2024, mengenai kasus peredaran obat dengan 64 kaleng, di mana setiap kaleng mengandung 1.000 butir pil daftar G, yang melibatkan tersangka yang merupakan warga Glagah. (Radar Banyuwangi)
Banyak remaja beralih ke ekstasi karena berharap dapat meningkatkan pengalaman sosial. Para remaja ingin merasa lebih percaya diri dan menikmati momen hiburan. "Saya hanya ingin bersenang-senang dengan teman-teman. Semua orang di sekitar saya menggunakannya, dan kadang-kadang, saya bisa bertindak impulsif atau merasa lebih agresif, yang bisa menyebabkan konflik dengan orang lain atau bahkan berujung pada tindakan kekerasan." ujar seorang remaja yang berinisial HG. Pernyataan ini mencerminkan sikap umum di kalangan remaja yang merasa tekanan untuk berpartisipasi dalam budaya penggunaan ekstasi.
Merespons permasalahan ini, sejumlah organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal mulai menyelenggarakan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran mengenai bahaya penggunaan ekstasi. Kegiatan ini terdiri dari seminar, workshop, dan program rehabilitasi yang bertujuan membantu remaja memahami risiko yang terkait dengan penggunaan narkoba serta menawarkan alternatif hiburan yang lebih sehat.
Peran keluarga dalam pencegahan penggunaan narkoba sangatlah penting untuk diperhatikan. Diskusi yang terbuka antara orang tua dan anak mengenai risiko penggunaan narkoba dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung. Hal ini mendorong remaja untuk menjauhi perilaku yang tidak baik. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam menciptakan kegiatan positif. Kegiatan tersebut dapat mengalihkan perhatian remaja dari penggunaan narkoba.
Mencari kesenangan adalah salah satu aspek dalam pengalaman remaja. Namun, penting bagi remaja untuk melakukannya dengan cara yang sehat dan aman. Dengan meningkatnya kesadaran serta dukungan dari keluarga dan masyarakat, diharapkan generasi muda dapat terhindar dari perilaku menyimpang. Perilaku ini dapat merugikan kesehatan dan masa depan remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H