Penguasa/pemimpin apapun sebutannya dan dimanapun dia berada aku sebut mereka sebagai bandar meskipun ada juga yang bukan penguasa/pemimpin sama sekali tapi bertindak sebagai bandar mewakili sang pemberi mandat, bandar jenis ini biasanya tingkah laku dan pikirannya seperti anjing penjaga, lebih galak, ganas dan juga buas serta serakah, tidak tahu aturan dan tidak tahu diri karena sudah merasa menjadi tuan.
Ada gula maka ada semut, ada pengusa maka ada orang-orang disekitar penguasa/bandar. Orang-orang disekitar bandar, disadari atau tidak oleh bandar adalah sekelompok orang yang secara tidak langsung menikmati bagian terbesar dari keuntungan yang di peroleh bandar.
Diantara mereka ada yang berperan sebagai parasit, mereka adalah lintah-lintah penghisap, biasanya akan "pergi" setelah perut mereka kenyang , mereka ini adalah orang-orang yang idealis dalam menghisap dan saking idealisnya asal perut sudah kenyang mereka jarang yang mau kembali meski si bandar menang.
Disamping parasit ada sebagian dari mereka yang berperan sebagai bunglon, oportunis sejati yang mencari-cari kesempatan untuk bermain di meja judi dengan dalih ikut "meramaikan" permainan serta mengambil sedikit keuntungan dan di waktu yang lain berlindung di belakang bandar, bukankah tempat terbaik untuk berlindung adalah tempat yang paling berbahaya?
Selain berlindung mereka juga memunguti "recehan" yang terjatuh dari atas meja judi, kadang mereka mencari-cari jalan supaya di beri "kekuasaan" untuk menjadi bandar, menjadi jenis bandar yang sudah saya sebutkan diatas, atau paling tidak diberi kesempatan untuk melempar dadu bagi bandar, buat apa? ya buat menunjukan diri dihadapan semuanya bahwa mereka pun punya kuasa untuk menciptakan kesan-kesan dan menjadi tuan atas kesan yang sudah mereka ciptakan.
Bukankah mereka ini mirip anjing-anjing penjaga yang setia? meskipun setianya mereka hanya pada kepentingan belaka, sekerat daging dan tulang serta sesekali mendapat perintah lebih menarik perhatian daripada harus menjadi pemain, lawan dari bandar. secara terang-terangan menjadi lawan hanya akan membuat perih perut mereka .
Sebaliknya di hadapan penguasa atau bandar ada pemain, musuh yang dibenci sekaligus dihormati dan di kasihi, di cap sebagai setan tapi di elu-elukan sebagai pahlawan. Karena dari mereka inilah kehidupan para penguasa atau bandar berasal serta berakar. Mereka adalah orang-orang yang idealis pragmatis, berani mengambil resiko berhadapan langsung dengan bandar sebagai lawan. Mereka adalah busur sekaligus anak panah, meski anak panah yang mereka lontarkan tak kunjung tepat mengenai sasaran.
"Dadu" sebagai alat pencapai kekuasaan
Lalu apa hubungannya antara dadu dan kekuasaan ? seperti cerita yang terlintas dalam pikiranku mengenai permainan dadu yang terjadi di negeri Astinapura beribu-ribu tahun yang lalu.
Dadu tidak hanya sekedar dijadikan permainan, ajang taruhan harta, tapi juga menjadi ajang taruhan harga diri dimana nilai kebenaran benar-benar digadaikan dan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan yang lebih luas.
Mau berapapun angka yang keluar tetaplah bandar yang menang, lho kok bisa? ya bisa saja, angka mata dadu ada 6, jadi kemungkinan angka yang keluar ketika dadu di lempar adalah 1 : 6, berapapun angka yang anda tebak akan punya kesempatan keluar 1 kali dari 6 kali pelemparan, itu pasti! tapi bisa juga 2 kali, 3 kali bahkan 6 kali, tapi ingat tidak ada yang namanya keberuntungan yang terjadi terus menerus dari sisi pemain, kalau ada maka tidak mungkin orang mau menjadi bandar, keberuntungan mutlak ada pada bandar.