Mohon tunggu...
Prayoga Permana
Prayoga Permana Mohon Tunggu... -

a traveler, a grad student in Korea

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak-jejak Perang Vietnam (Indo-China Backpacking Diary Part 2)

8 Oktober 2010   04:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:37 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat kasus jalan ambles di Tanjung Priok? Yap, kejadian itu merugikan saya. Gimana enggak, bis Damri dari terminal kampung rambutan yang biasanya cuma sejam ke airport tiba-tiba bisa ngaret jadi 2 jam lebih. Saya sendiri ga habis pikir, kenapa supirnya malah senang berkubang di jalur itu kalau bisa lewat Tomang yang lebih aman. Akhirnya terpaksa deh, garing di bis 2 jam lebih sambil sport jantung takut ketinggalan pesawat. Daripada kegaringan, akhirnya saya aja sama ngobrol ibu-ibu samping. Nggak bermaksud genit lho, tapi saya emang nyari kerjaan.

Me : Mau kemana bu?

Ibu-ibu : ke Palembang mas. Masnya mau kemana

Me : (bingung jawabnya) ehm, Vietnam bu

Ibu-ibu : kerja disana mas?

Me : (zzzzz)...nggak bu, cuman jalan-jalan aja

Ibu-ibu : enak ya, mana bawaannya cuman segitu. Situ kan onderdilnya ga banyak

Me : (onderdil??!),..ehm iya bu

Ibu-ibu : Lho emang di sana aman ya mas, bukannya masih perang?

Me : (???) itu tahun 70-an bu, jaman Rambo

Ibu-ibu : (sok tahu)..beneran lho mas kemarin saya lihat di tivi

Me : (sumpah ni ibu pasti punya channel tv sendiri)..

Yeah, kita emang kurang informasi soal negara ini. Saking boomingnya Rambo, Tour of Duty dkk orang pasti mengasosiasikan Vietnam dengan perang. Nggak fair dong, padahal negara ini punya sejuta keindahan. Dari Ha Long Bay di utara sampai Ho Chi Minh City di selatan, banyak yang bisa dieksplor.

[caption id="attachment_282573" align="alignleft" width="224" caption="bukti kekejaman perang Vietnam"][/caption]

Nah di HCMC, jejak-jejak perang itu masih ada. Dulu banget setelah French Indo-China tumbang, kekuasaannya terbagi atas beberapa negara : Laos, Kampuchia (Cambodia), Vietnam Utara dan Selatan. Vietnam yang agak unik karena mereka sebangsa tapi harus terpisah karena ideologi. Di utara beribukota di Hanoi menganut ideologi komunis dan selatan yang pusatnya di Saigon adalah kapitalis.

Menurut versi barat, Vietnam Utara yang komunis akhirnya menyerang Vietnam Selatan agar memungkinkan reunifikasi kedua Vietnam. Bagi Vietnam Utara sendiri ini adalah pembebasan, sedangkan bagi Vietnam Selatan usaha tersebut adalah invasi. Akhirnya konflik ini memaksa AS turun tangan. Sayangnya keterlibatan AS tidak banyak membantu, justru menjadi boomerang bagi AS di dalam negeri dan Vietnam Selatan dengan kekalahannya.

Banyak faktor yang menyebabkan kenapa AS kalah di Vietnam. Penyebab terbesar konon karena Vietnam Selatan terlalu bersandar pada AS dikala Vietnam Utara mengusahakan kampanye masif dan mengerahkan seluruh tenaganya. Selain itu, AS dan peralatan modernnya tidak banyak membantu karena Vietnam Utara lebih menguasai medan perang dan dengan mudah menginfiltrasi penduduk lokal.

Perang berakhir dengan kekalahan Vietnam Selatan yang ditandai dengan Fall of Saigon, yang menurut Vietnam sekarang disebut sebagai Saigon Liberation. Sejak saat itulah nama Saigon diganti dengan Ho Chi Minh City. Tragedi ini menandai Berdirinya Republik Sosialis Vietnam yang utuh setahun kemudian pada tahun 1976.

Sisa-sisa kekejaman perang tersebut masih tergambar jelas di War Remnant Museum.Kalau anda punya penyakit ngeri pada disturbing picture, saya tidak menyarankan anda berkunjung. Yang jelas, bukan kengerian itu tujuan pemerintah mendirikan museum itu. Tapi lebih pada peringatan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Karenanya di dinding museum terpasang pamflet lebar-lebar : Peace, Solidarity, Friendship, Cooperation and Development. Kebetulan juga di waktu kami berkunjung adalah International Day of Peace.

Museum ini terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 ada koleksi foto-foto, lantai 2 kebanyakan tentang memorabilia pasukan asing yang mendarat di Vietnam, dan lantai 3 tentang dukungan internasional pada Vietnam Utara di masa perang.

Awal masuk museum ini di lantai 1 sebenarnya biasa-biasa saja, mereka memasang koleksi foto keganasan perang. Mulai dari pembantaian, korban bom fosfor sampai awetan fetus (janin) yang gagal dilahirkan. Yang saya agak risih, ada beberapa foto pasukan amerika yang narsis di depan mayat-mayat bergelimpangan. Ada juga yang bergaya sambil mengangkat kepala manusia. Saya nggak habis pikir sama jalan pikiran mereka. Mohon maaf, agamamanapun pasti mengajarkan kita memperlakukan mayat hewan dengan baik, apalagi manusia!Saya nggak ngefans lagi sama Rambo deh!

[caption id="attachment_282576" align="aligncenter" width="300" caption="janin yang diawetkan "][/caption]

Masih di lantai 1, ada beberapa senjata berat rampasan perang. Hebatnya rampasan perang itu berupa jet-jet tempur AS, helikopter berbaling-baling ganda (yang biasa dipakai Presiden AS kalau kunjungan kerja di dalam negari), tank-tank dan bom berukuran raksasa.

[caption id="attachment_282581" align="aligncenter" width="300" caption="jet-jet tempur AS hasil rampasan perang pasukan Vietnam"][/caption]

Di lantai 2, banyak banget peninggalan pasukan AS. Mulai dari pakaian, senjata, papan strategi dsb. Tapi yang paling buat saya tertarik adalah foto-foto pasukan AS yang juga jadi korban. Mereka banyak yang kembali dengan selamat, tapi karena beberapa senjata sifatnya membunuh pelan-pelan, sampai tahun 1998 masih ada di antara mereka yang menderita. Bahkan penderitaan itu harus diwariskan ke anak cucu mereka yang kebanyakan cacat. Huff,.

Naik ke lantai 3 kita bisa melihat peta politik dunia dan Vietnam. Seperti biasa, negara yang mendukung Vietnam antara lain Uni Soviet, China, Kuba, Korea Utara dan blok-blok timur. Sayangnya saya nggak melihat Indonesia disana, padahal waktu itu pandangan politik kita agak ke kiri. Oh iya, belakangan saya baru baca kalau ternyata setelah perang Vietnam, negara ini terlibat perang dengan China yang pernah membantunya. Vietnam terlibat konflik perbatasan dengan Cambodia yang waktu itu didukung oleh China, sedangkan Vietnam saat itu dekat dengan Uni Soviet yang hubungannya pernah memburuk dengan China. Ribet, tapi itulah masa perang dingin.

Oh iya, kalau sudah sampai di lantai 3 jangan lupa turun lagi ke bawah. Sempatkan mengunjungi Tiger Cages dan The Guillotine. Ini nih tempat yang bikin saya bergidik. Tempatnya benar-benar dibuat seperti penjara plus siksaan-siksaannya. Tembok-temboknya penuh kawat berduri plus penjara mirip aslinya. Tengoklah sejenak ke dalam penjara tersebut, teronggok sesosok tahanan yang pucat kurus kering dengan luka-luka di badan. Di belakangnya, ada penjara gelap. Hehe, saya peringatkan lagi, kalau anda nggak bernyali mending ga usah lihat. Penjara nggak ada cahaya sama sekali.Hanya ketika kita buka lubang udaranya yang kecil, baru keliatan isinya. Mau tahu isinya? Sesosok manusia seperti hidup, buta, kurus, kering, lumutan bertampang seperti Ki Joko Bodo. Begitu lihat, saya langsung tersentak. Pengunjung lain jadi malah nggak mau lihat hehe..

[caption id="attachment_282585" align="aligncenter" width="224" caption="kondisi tahanan perang"][/caption]

Sebenarnya di dekat HCMC ada Chuchi Tunnel, gua persembunyian para pejuang Vietnam di masa perang. Jaraknya sekitar 50 Km dari Saigon ke arah Moc Bai Border (perbatasan dengan Cambodia). Berhubung keterbatasan budget, kami nggak kesana (menyesal T_T)...

Next : Eksotisme Eropa ala Saigon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun