Analisis
Bila dilihat, situasi dan kondisi yang berlaku di Indonesia menjelang pilpres 14 Februari 2024, nampak ada gejolak di Indonesia dalam proses pesta demokrasi itu.Â
Kini bermunculan beberapa kalangan dan pihak yang menyebut dan bersuara keras mengecam bahwa sistem demokrasi di Indonesia tercederai, ada pengaruh kekuasaan, politik dinasti, keterlibatan aparat yang dinilai sebagai tindakan otoriter.Â
Dari perspektif intelijen dalam mencermati demokrasi, terbaca adanya ancaman bahaya yang terus mengkristal. Apakah Jokowi tidak sadar dengan tindakan inkonsistensi mengimplementasikan demokrasi setelah bertemu Presiden Joe Biden pada 9-10 Desember 2021.Â
Kesepakatan kedua belah pihak, yaitu merevitalisasi demokrasi secara global dalam rangka menghadapi ancaman paham otoritarianisme yang semakin berkembang, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi.
Selain itu, semestinya perspektif demokrasi pada Bali Democracy Forum (BDF) ke-14 di Nusa Dua, Bali juga perlu diingat pak Jokowi.Â
Saat itu Menlu AS, Blinken menyoroti dan menegaskan pentingnya mendukung media yang bebas dan independen, memajukan teknologi untuk pembaruan demokrasi, memerangi korupsi, mempertahankan pemilihan umum yang bebas dan adil, dan mendukung para reformis demokrasi.Â
Dari sisi kepentingan dan keamanan nasionalnya, AS selalu menyatakan Indonesia jangan terlalu dekat dengan China, tapi dengan dalih ekonomi, Jokowi nampak semakin dekat dengan China. Dari kondisi geopolitik dan geostrategi kawasan, jelas ini point negatif Jokowi di mata AS.
Analisis sebagai sebuah produk intelijen dibuat dengan dasar beberapa informasi yang telah dikonfirmasi dan dinilai baik sumber maupun informasi.Â
Akan tetapi indikasi yang terbaca dengan sense of intelligence baik yang tersurat maupun tersirat patut dijadikan bahan oleh analis senior yang mampu membaca cover atau desepsi operasi intelijen clandestine.
Nah, kini kondisi yang berlaku, dari perspektif intelijen, penulis khawatir penilaian Amerika terhadap Presiden Jokowi terhadap kesepakatan Desember 2021 'negatif'. Di AS, terdapat teori stick and carrot (Anda teman AS atau anda 'ngeyel').Â