Persaingan tiga kompetitor paslon mulai hangat, ada yang optimis dan ada yang gundah. Semua disebabkan karena adanya beberapa hasil survei.
Memang dalam pemilu baik legilatif ataupun presiden, alat ukur hanyalah survei. Paling tidak masing-masing kontestan mempunyai pegangan level posisinya dibanding yang lainnya, seberapa besar potensi menangnya.
Sejak Pemilu 2004, penulis mengikuti survei sebagai lahan basah bagi para ahlinya. Awalnya bagaimana orang percaya hanya dengan responden 1.200-an, bisa ditemukan elektabilitas. Tapi inilah kemajuan zaman.
Bagaimana survei saat ini? Bertebaranlah hasil beberapa lembaga survei khususnya survei paslon capres dan cawapres. Umumnya menyampaikan paslon nomor 2 (Prabowo-Gibran) mengungguli paslon 01 (Anies-Cak Imin) dan paslon 03 (Ganjar-Mahfud MD).
Peran Sentral Presiden Jokowi
Penulis menyebut peran sentral Pak Jokowi dalam pilpres 2024 sebagai King Maker yang mengatur ritme dan terbentuknya koalisi. Pilihannya kini dekat bersama Prabowo semakin kental dengan terpilihnya anak sulungnya, Gibran menjadi cawapres dari Prabowo. Walau beberapa pihak meng-underestimate mas Wali, tetapi elektabilitas paslon 02 menurut beberapa survei tetap tinggi, di atas diantara 43-46 persen.
Optimisme kubu paslon 02 pilpres hanya satu putaran, dan butuh 6-7 persen, dengan masa mengambang sekitar tujuh persen.
Pengaruh Jokowi dengan modal kepuasan rakyat terhadap pemerintah yang di atas 76 persen masih memberikan peluang naiknya elektabilitas paslon 02 untuk mengejar hasil 50 persen plus satu suara. Itulah kira-kira hitungannya.
Teori Tiga Kaki dan Titik Rawan
Menuju ke pilpres 2024, bangsa Indonesia akan memilih salah satu dari tiga pasangan calon pimpinan nasional.