Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sikapi Elektabilitas April 2023, Prabowo Kemungkinan Berpeluang Menang

10 April 2023   19:28 Diperbarui: 10 April 2023   19:30 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA) 

Dalam beberapa waktu terakhir, menuju Pemilu 2024 terdapat perkembangan politik menarik, khususnya dalam menentukan para calon presiden. Faktor yang berpengaruh adalah elektabilitas serta serta peran Presiden Jokowi yang menurut penulis tetap kuat sebagai King Maker serta menyatakan calon sesuai pilihannya. Inilah perkembangan yang ada.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, hasil survei LSI terkini menunjukkan Prabowo Subianto menduduki elektabilitas teratas dalam simulasi tiga nama bakal capres. Ketua Umum Partai Gerindra ini memiliki elektabilitas 30,3 persen. Disusul Ganjar Pranowo 26,9 persen dan Anies 25,3 persen.

Djayadi melihat adanya penurunan elektabilitas Ganjar secara signifikan. Yakni turun 8 persen dibandingkan survei periode Februari 2023.

"Ganjar Pranowo selama dua bulan terakhir turun sekitar 8 persen, dari 35 persen ke 26,9 persen," ujar Djayadi dalam rilis survei secara daring, Minggu (9/4).

Kendati demikian, Djayadi tak melihat penurunan suara Ganjar beralih ke Prabowo maupun Anies. Yang pasti, kata dia, elektabilitas Prabowo mengalami peningkatan pada survei kali ini yaitu sekitar 3,6 persen. Dari sebelumnya 26,7 persen menjadi 30,3 persen. Sementara Anies cenderung stabil mengalami penguatan sedikit sebesar 1,3 persen.

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga menunjukkan PDI-P mengalami penurunan elektabilitas jika dibandingkan survei periode sebelumnya. PDIP memang masih menduduki posisi teratas (17,7 persen).

"Kalau kita lihat trennya, maka umumnya partai partai itu mengalami tren penurunan selama hampir setahun terakhir dari Juli 2022 sampai April 2023," kata Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan.

Dijelaskan, di survei LSI pada Januari 2023, elektabilitas PDIP sebesar 22 persen turun, tapi pada Pebruari 2023 turun menjadi sekitar 19 persen, dan pada April 2023 turun lagi menjadi 17,7 persen.

Sementara itu, di posisi dua elektabilitas partai politik ditempati oleh Partai Gerindra dengan 12,8 persen.

Posisi tiga Partai Golkar dengan total suara responden 7,8 persen. Posisi empat PKS dengan elektabilitas 7,6 persen.

Disusul Partai Demokrat di posisi lima 5,4 persen. Posisi enam PKB 4,4 persen. Posisi ketujuh Partai Nasdem 4,1 persen. Selanjutnya, Partai Perindo 3,1 persen.

Catatan:

1. Ketum PAN Zulkifli Hasan saat bertemu Prabowo (8/3/2023) mengklaim, pembentukan koalisi besar itu dilakukan sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.

"Tadi yang kami sampaikan bareng-bareng, kebersamaan, komitmen kebangsaan di bawah komando Pak Jokowi sebagai jalan tengah nanti untuk memajukan Indonesia," kata Zulhas.

2. Prabowo Subianto mengatakan, diperlukan rekonsiliasi. "Apapun pernah terjadi, suatu perbedaan atau satu persaingan yang keras. Tapi jiwa persatuan, jiwa rekonsiliasi (harus dikedepankan)," tegasnya.

3. Analis politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana menilai, Presiden Jokowi merestui pembentukan koalisi besar ini dan PDI-P juga tak menutup peluang untuk bergabung.

"Dalam kacamata para elite, kebutuhan koalisi besar ingin dilakukan atas dasar pertimbangan, pertama, perlunya calon presiden dan wakil presiden yang dapat melanjutkan agenda pembangunan Pak Jokowi di periode berikutnya," kata Aditya.

4. Prediksi: Bila PDIP berbesar hati menyetujui bergabung di koalisi besar dan Ganjar menjadi cawapresnya Prabowo, maka koalisi ini menjadi benar-benar besar sekali. Berarti kemungkinan hanya dua capres yg bersaing, Prabowo melawan Anies, pilpres hanya satu putaran. Pak Jokowi dinilai sukses menjadi King Maker.

Berbeda apabila PDIP tetap "keukeuh" mengajukan calonnya sendiri, baik Ganjar ataupun Puan, dapat diprediksi tetap yang bertemu di final Prabowo dan Anies, karena elektabilitas Ganjar terus turun, terlebih setelah 'blunder' soal kasus U-20.

Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier

By. Marsda Pur Prayitno W.Ramelan
Pengamat Intelijen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun