Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mewaspadai Kemungkinan Aksi Teror pada KTT G-20 di Bali

9 November 2022   08:24 Diperbarui: 9 November 2022   16:50 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah drone terlihat di langit Kyiv, Ukraina, Senin, 17 Oktober 2022. (AP PHOTO/EFREM LUKATSKY via KOMPAS.com) 

Sikap Rusia jelas tidak bisa diabaikan, ada rasa tidak suka bahkan marah karena pihak Barat menginginkan Rusia tidak hadir di Bali dan bahkan dikeluarkan dari G-20. Jelas Presiden Jokowi menyatakan tidak mungkin dan tetap mengundang Putin.

Nah, keputusan Putin yang unpredictable menurut penulis tersirat bisa memunculkan ancaman KTT di Bali.

Secara umum ancaman bisa berupa serangan fisik dengan proxy maupun serangan teknologi komunikasi (cyber) yang akan mengganggu KTT.

Para kepala-kepala negara yang hadir bisa menjadi target pihak yang anti G-20.Salah satu kekhawatiran penulis karena pada perang di Ukraina, Rusia menggunakan teknologi drones "Kamikaze" buatan Iran.

Tidak seperti drone militer yang lebih tradisional, lebih besar, dan lebih cepat yang kembali ke pangkalan setelah menjatuhkan rudal, drone Kamikaze dirancang untuk menabrak target dan meledak, meledakkan hulu ledaknya, dan menghancurkan drone dalam prosesnya. Senjata maut yang cerdas ini lebih kecil dan lebih mudah dikendalikan dibandingkan rudal jelajah.

Untuk counter serangan drones, pasukan Rusia kini menggunakan sistem online (Aeroscope) untuk mendeteksi dan mengganggu komunikasi antara drone komersial dan operatornya.

Sistem ini dapat menyebabkan drone tidak akurat atau kembali ke pangkalannya. Saat ini pada perang di Ukraina, kedua belah pihak yakni Rusia dan Ukraina, menggunakan drone efektif untuk menemukan target musuh dan mengarahkan tembakan artileri ke arah lawan atau kini Rusia menyerang target Ukraina dengan Kamikaze karena lebih akurat.

Diyakini bahwa Rusia telah menggunakan drone Shahed-136 ini buatan Iran dalam konflik Ukraina sejak pertengahan September.

Selain itu Geranium-2 Rusia yang memiliki bahan peledak di hidungnya dan dirancang untuk terbang di atas target hingga diperintahkan untuk menyerang.

Shahed-136 memiliki lebar sayap sekitar 2,5 m (8,2 kaki) dan sulit dideteksi di radar serta jarak jelajahnya 2.500 km dan dikendalikan jarak jauh melalui satelit. Seperti drones Amerika yang beroperasi di Syria, dioperasikan dari Nevada.

Tidak jelas tepatnya berapa banyak drones tipe ini yang dimiliki Rusia, tetapi AS mengatakan Iran berencana mengirim ratusan ke Rusia, walau Iran telah membantah berita tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun